
Pantau - Mammografi masih menjadi standar utama dalam skrining kanker payudara, namun sebagian masyarakat Indonesia masih khawatir terhadap paparan radiasi yang ditimbulkan oleh prosedur ini.
Risiko Radiasi Sangat Rendah Dibanding Manfaat Deteksi Dini
CEO MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dr. Edy Gunawan, MARS, menegaskan pentingnya deteksi dini bagi keselamatan pasien.
"Kami mengajak seluruh perempuan Indonesia untuk tidak menunda pemeriksaan skrining kanker payudara. Kami berharap, pengalaman yang sebelumnya mencemaskan kini berubah menjadi lebih cepat, lembut, dan menenangkan, karena setiap detik yang diselamatkan bisa berarti kesempatan hidup yang lebih besar," ungkapnya.
Secara medis, paparan radiasi dari mammografi digital dua arah hanya sekitar 0,4 mSv, setara dengan paparan radiasi alami lingkungan selama tujuh minggu.
Kajian Badan Nasional Akademi Sains Amerika Serikat (BEIR VII) menyatakan risiko kanker akibat mammografi hanya berkisar 1–10 kasus per 100.000 perempuan.
Risiko tersebut sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah nyawa yang bisa diselamatkan melalui deteksi dini.
Survei American Journal of Roentgenology (AJR) menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen pasien percaya bahwa manfaat mammografi jauh lebih besar daripada risikonya.
Deteksi dini dapat meningkatkan peluang kesembuhan secara drastis dan menekan biaya pengobatan karena kanker belum berkembang ke stadium lanjut.
Inovasi Teknologi 3D untuk Skrining Lebih Cepat dan Akurat
MRCCC Siloam Hospitals Semanggi bekerja sama dengan Siemens Healthineers menghadirkan teknologi mammografi 3D terbaru bernama Mammomat B.brilliant.
Teknologi ini mampu melakukan pemindaian hanya dalam lima detik dengan sudut pemindaian 50 derajat, lebih lebar dibandingkan teknologi sebelumnya.
Pemindaian 3D dengan sudut lebar menghasilkan lebih banyak gambar, sangat cocok untuk karakteristik payudara perempuan Asia yang cenderung padat.
Hasil gambar yang lebih detail membantu dalam mendeteksi kelainan seperti mikrokalsifikasi atau tumor pada tahap yang sangat awal.
Dengan proses yang lebih cepat, aman, dan nyaman, teknologi ini juga membantu mengurangi kecemasan pasien saat menjalani skrining.
"Mammomat B.brilliant tidak sekadar peningkatan teknologi, ini adalah penegasan dari komitmen kami untuk mengutamakan pengalaman medis pasien kami, khususnya bagi pasien perempuan," dr. Edy menambahkan.
Di Indonesia, kanker payudara masih menjadi jenis kanker dengan jumlah kasus terbanyak.
Data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2022 mencatat 66.271 kasus baru dengan angka kematian mencapai 22.598 jiwa.
Organisasi kesehatan internasional merekomendasikan agar perempuan usia 40 tahun ke atas atau yang memiliki faktor risiko rutin melakukan mammografi.
Edukasi publik tentang keamanan dan efektivitas mammografi menjadi kunci agar perempuan tidak ragu untuk melakukan pemeriksaan sejak dini.
Deteksi dini tidak hanya meningkatkan harapan hidup, tetapi juga menjaga kualitas hidup perempuan dan keluarganya.
- Penulis :
- Aditya Yohan