
Pantau - Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyatakan bahwa inflasi secara year on year (yoy) pada Oktober 2025 mencapai 2,86 persen dan masih berada dalam kisaran aman sesuai target pemerintah.
Angka tersebut berada dalam rentang target inflasi nasional yang ditetapkan sebesar 2,5 persen plus minus 1 persen atau antara 1,5 persen hingga 3,5 persen.
"Artinya range yang ingin kita target, itulah 1,5 persen sampai 3,5 persen. (Inflasi) 2,86 persen masih pada posisi aman," ungkapnya.
Tito menjelaskan bahwa rentang target tersebut ditetapkan untuk menjaga keseimbangan agar harga komoditas tidak terlalu tinggi sehingga membebani konsumen, namun juga tidak terlalu rendah sehingga merugikan produsen.
Penyumbang Inflasi dan Komponen Pembentuknya
Komoditas penyumbang inflasi tertinggi secara tahunan pada Oktober 2025 antara lain perhiasan, cabai merah, beras, tarif air minum, dan ikan segar.
Sementara itu, penyumbang inflasi secara bulanan dari September ke Oktober 2025 adalah perhiasan, cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras, dan wortel.
"Emas ini masuk core inflation. Di satu sisi menunjukkan ada daya beli masyarakat, mereka bisa membeli emas. Tetapi, di sisi lain, kalau terlalu bergejolak terus naik, itu akan mengakibatkan inflasi naik juga," jelas Tito.
Ia menyebutkan tiga komponen utama pembentuk inflasi, yakni administered prices atau harga yang diatur pemerintah seperti BBM, transportasi, dan air minum; volatile items atau harga berfluktuasi seperti makanan, minuman, dan tembakau; serta core inflation atau inflasi inti yang mencakup harga-harga di luar dua kategori sebelumnya.
Tito menegaskan bahwa kenaikan harga emas merupakan tren global yang tidak sepenuhnya bisa dikendalikan oleh pemerintah.
" Saat ini memang terjadi kenaikan harga emas tingkat internasional, dunia. Jadi, sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan sendiri karena ini menyangkut tren global," ungkapnya.
Antisipasi Nataru dan Penguatan Daya Beli
Pemerintah terus menjaga stabilitas harga komoditas, terutama yang bergejolak, guna menahan laju inflasi.
Tito juga menyoroti pentingnya kebijakan subsidi dalam menjaga daya beli masyarakat dan mengendalikan inflasi.
Salah satu contohnya adalah subsidi listrik yang memberikan manfaat luas bagi masyarakat.
Menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru), Tito mengimbau semua pihak waspada terhadap potensi kenaikan harga.
Ia meminta pemerintah daerah untuk tidak menaikkan tarif layanan publik seperti air minum karena dapat memicu inflasi.
"Kita akan komunikasi dengan Menteri Perhubungan dan airlines untuk tidak menaikkan sampai ke harga tertinggi," ujarnya.
Pemerintah berupaya menjaga kestabilan harga tiket transportasi menjelang Nataru dengan berkoordinasi bersama kementerian dan pihak terkait.
Untuk memperkuat daya beli masyarakat, pemerintah akan menyalurkan bantuan sosial (bansos) dan mengadakan operasi pasar atau pasar murah untuk menstabilkan harga pangan.
Tito juga mendorong pemerintah daerah untuk mendukung program strategis nasional, khususnya dalam pembangunan tiga juta rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
"Daerah-daerah enggak bisa bekerja sendiri dengan APBD. Ini memanfaatkan betul, tangkap betul program dari Kementerian PKP (Perumahan dan Kawasan Permukiman)," ia mengungkapkan.
- Penulis :
- Shila Glorya








