Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

KH Miftachul Akhyar: Mujahadah Jadi Kunci Kemenangan 10 November, Doa Lebih Kuat dari Senjata

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

KH Miftachul Akhyar: Mujahadah Jadi Kunci Kemenangan 10 November, Doa Lebih Kuat dari Senjata
Foto: KH Miftachul Akhyar: Mujahadah Jadi Kunci Kemenangan 10 November, Doa Lebih Kuat dari Senjata

Pantau - Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menegaskan bahwa mujahadah atau doa yang sungguh-sungguh menjadi kekuatan utama dalam kemenangan rakyat Indonesia pada Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Kekuatan Doa dan Keteladanan Spiritual

Dalam acara Mujahadah Pejuang yang digelar di Gedung HBNO Surabaya, Minggu malam, KH Miftachul Akhyar menyatakan bahwa kekuatan rohani melampaui kekuatan fisik dalam perjuangan melawan penjajah.

Ia mengutip Surah At-Taubah ayat 40 dan menyebut bahwa laskar rakyat bersenjata seadanya mampu menewaskan 1.500 tentara penjajah dan dua jenderal, berkat mujahadah yang tulus dan keyakinan spiritual yang kuat.

Ia mengibaratkan kemenangan tersebut seperti keselamatan Nabi Musa dari tentara Fir’aun dan Nabi Muhammad SAW dari kejaran musuh yang terhalang sarang laba-laba sebagai perlindungan ilahi.

Acara mujahadah tersebut diawali dengan khotmil Qur’an, istighotsah, dan doa untuk para pejuang Nahdlatul Ulama, dan dihadiri oleh Rais Syuriah PBNU Prof DR Mohammad Nuh, pujangga D Zawawi Imron, Kapolda Jatim Irjen Pol Nanang Avianto, serta lebih dari 1.000 pengurus NU dari seluruh Jawa Timur.

Resolusi Jihad dan Peran Ulama dalam Perlawanan

Pujangga D Zawawi Imron menegaskan bahwa semangat perlawanan 10 November tidak terlepas dari pengaruh langsung Resolusi Jihad 22 Oktober 1945.

Ia menyatakan bahwa fatwa para ulama se-Jawa dan Madura yang mewajibkan melawan penjajah dan menjanjikan mati syahid bagi yang gugur menjadi pemicu utama keberanian rakyat Surabaya.

Zawawi mengutip pernyataan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo yang menyebut bahwa tanpa Resolusi Jihad, tidak akan ada Pertempuran 10 November.

Ia menjelaskan bahwa Resolusi Jihad dicetuskan oleh KH Hasyim Asy’ari sebagai reaksi atas kembalinya penjajah Belanda pasca-Proklamasi Kemerdekaan.

Bung Tomo kemudian menggelorakan semangat perlawanan dengan meneriakkan "Allahu Akbar" melalui siaran radio, mengikuti saran KH Hasyim Asy’ari untuk membangkitkan keberanian umat.

Zawawi menegaskan bahwa para ulama mengajarkan cinta tanah air sebagai bagian dari iman, dan karena itu, kematian dalam perjuangan dipandang ringan dibandingkan kebesaran Allah yang menjadi tujuan utama perjuangan.

Penulis :
Aditya Yohan