
Pantau - Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq bertemu dengan CEO Gold Standard Margaret Kim di sela-sela Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-30 (COP30) di Belém, Brasil, untuk membahas penerapan Perjanjian Pengakuan Bersama atau Mutual Recognition Agreement (MRA) guna mendukung perdagangan karbon berkualitas tinggi di Indonesia.
Kerja Sama Strategis untuk Perdagangan Karbon Berkualitas
Hanif menyampaikan bahwa kerja sama dengan Gold Standard merupakan upaya strategis untuk memaksimalkan potensi ekonomi karbon Indonesia dalam kerangka integritas karbon bersertifikat.
"Jadi Gold Standard meyakinkan bahwa bersama-sama Indonesia akan melakukan langkah-langkah kolaborasi, persetujuan, membantu mengoperasionalkan potensi ekonomi dari karbon yang cukup tinggi dalam skema integritas karbon sertifikat", ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa skema yang ditawarkan Gold Standard memiliki reputasi global dalam hal transparansi dan integritas, yang akan menarik minat pembeli potensial dari berbagai negara.
"Ini merupakan langkah besar, karena kita memiliki potensi yang sangat besar. Di sisi lain Gold Standard merupakan skema yang sudah cukup lama terbangun, memiliki banyak potensi buyer, dan tentu ada standar transparansi dan integritas yang dipercaya banyak orang", ia mengungkapkan.
Target Transaksi Karbon Rp16 Triliun di COP30
Pemerintah Indonesia menargetkan transaksi perdagangan karbon hingga 90 juta ton CO2 dengan nilai mencapai Rp16 triliun selama penyelenggaraan COP30.
Untuk mendukung pencapaian target tersebut, sesi Seller Meet Buyer (SMB) digelar setiap hari di Paviliun Indonesia, mempertemukan penjual karbon, calon pembeli, dan investor.
Sesi SMB berlangsung selama satu jam setiap hari hingga penutupan COP30 pada 21 November 2025.
- Penulis :
- Arian Mesa








