
Pantau - Kepala Biro Humas dan Komunikasi Publik Kementerian Agama, Thobib Al Asyhar, menegaskan bahwa humas Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) harus bekerja secara cerdas dan inovatif dalam menghadapi tantangan di era digital.
Ia menyebutkan bahwa humas tidak boleh lagi bekerja dengan cara konvensional yang tidak relevan dengan perkembangan zaman.
"Untuk memitigasi segala persoalan, Humas PTKIN dituntut untuk berpikir out of the box, kreatif, dan inovatif," ungkapnya.
Tantangan Kompleks dan Peran Strategis Humas PTKIN
Menurut Thobib, tantangan humas di perguruan tinggi semakin kompleks, terutama dari sisi teknologi dan ekspektasi publik yang terus berkembang.
Ia mengibaratkan peran humas seperti Nabi Musa yang harus kuat, sabar, dan komunikatif dalam menyampaikan pesan-pesan penting.
"Humas sering menghadapi segala macam tantangan. Jika merujuk ke surah Taha ayat 25: ‘berikanlah kelapangan dada dalam menghadapi segala kemungkinan, mudahkanlah urusanku, berilah kemampuan dalam menyampaikan suatu narasi atau diksi yang tepat’", ia mengungkapkan.
Thobib juga menekankan pentingnya ketenangan dan kejernihan berpikir sebagai fondasi utama dalam menjalankan komunikasi publik yang efektif.
Ia mengingatkan bahwa humas adalah makhluk utuh, bukan sekadar manusia kerja, melainkan memiliki dimensi kognitif, emosional, sosial, dan spiritual.
"Kita sebagai humas harus memahami bahwa kita adalah makhluk kognitif, emosional, sosial, dan spiritual. Semuanya mesti diintegrasikan. Humas harus bisa menyampaikan sesuatu yang benar dengan cara yang baik," jelasnya.
Pendekatan holistik tersebut, menurutnya, dibutuhkan agar pesan yang disampaikan tidak hanya informatif, tetapi juga etis dan berdampak positif.
Bangun Narasi Inspiratif dan Relevan dengan Masyarakat
Thobib juga mendorong humas PTKIN untuk membangun narasi kampus yang hidup dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Ia menegaskan pentingnya publikasi konsisten terhadap capaian-capaian perguruan tinggi.
"Sehebat apa pun karya atau capaian perguruan tinggi kalau tidak pernah disampaikan ke publik, maka publik juga tidak akan pernah tahu," tegasnya.
Menurutnya, banyak karya kampus yang sebenarnya dibutuhkan masyarakat namun tidak tersampaikan dengan baik.
"Banyak karya kampus yang dibutuhkan dan menjadi rujukan dan harus disampaikan ke publik. Contohnya seperti prestasi-prestasi dosen, prestasi mahasiswa, inovasi unik yang tercipta antara mahasiswa dan daerahnya," ungkap Thobib.
Ia menyebut storytelling sebagai kunci dalam membangun kedekatan antara institusi dengan masyarakat.
"Narasi yang kita bangun harus memiliki nilai storytelling, harus bisa menceritakan dan mampu engaged atau terhubung dengan pembaca. Kampus harus hadir dan terkoneksi dengan kebutuhan masyarakat," ujarnya.
Dengan pendekatan naratif yang kuat, informasi kampus dapat menjadi kisah inspiratif, bukan sekadar laporan formal.
Thobib juga menegaskan bahwa humas bukan hanya bertugas mengambil foto atau video.
"Humas itu bukan hanya tukang foto atau video, tapi humas harus menjadi agen perubahan, harus menjadi pusat sirkulasi membangun reputasi kampus, reputasi pemerintah," jelasnya.
Ia mengajak seluruh peserta kegiatan untuk terus menguatkan kapasitas, memperluas jejaring, dan menjadikan humas sebagai kekuatan strategis bagi kemajuan PTKIN.
Kegiatan Sinkronisasi Tata Kelola Kehumasan PTKIN se-Jawa Madura ini menjadi momentum untuk menyamakan visi dan menguatkan komunikasi publik antar-humas kampus.
Tujuannya agar PTKIN semakin adaptif dan memiliki pengaruh yang kuat di ruang digital.
Acara ini turut dihadiri oleh Rektor UIN Syekh Wasil Kediri Wahidul Anam, Ketua Forum Humas PTKIN Zidnie Ilman Elfikri, serta para humas dari berbagai PTKIN di wilayah Jawa dan Madura.
- Penulis :
- Shila Glorya







