Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Abdul Fikri Faqih Apresiasi TKA 2025 tapi Desak Evaluasi Soal Durasi dan Materi Ujian yang Tidak Sinkron

Oleh Shila Glorya
SHARE   :

Abdul Fikri Faqih Apresiasi TKA 2025 tapi Desak Evaluasi Soal Durasi dan Materi Ujian yang Tidak Sinkron
Foto: Anggota Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih (sumber: Humas DPR RI)

Pantau - Anggota Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan Tes Kemampuan Akademik (TKA) 2025 yang dinilainya mampu membangkitkan kembali semangat belajar siswa setelah sebelumnya menurun.

Fikri menyebut TKA sebagai langkah strategis untuk memulihkan etos belajar siswa di seluruh jenjang pendidikan.

Pelaksanaan TKA dijadwalkan dimulai pada November 2025 untuk jenjang SMA/SMK dan berlanjut pada Maret hingga April 2026 untuk jenjang SD dan SMP.

"Saya mengapresiasi dengan realisasi TKA. Hal ini memotivasi kembali semangat berprestasi pada siswa. Karena dengan tanpa asesmen, terbukti semangat belajar siswa menjadi sangat kendor," ungkapnya.

Soroti Masalah Durasi Soal dan Materi yang Tidak Sinkron

Meski mengapresiasi pelaksanaan TKA, Fikri menyoroti sejumlah persoalan teknis dan substansial yang dinilai merugikan peserta didik.

Ia mendesak agar hasil asesmen tahun ini tidak dijadikan syarat penentu atau validator nilai rapor dalam proses seleksi masuk perguruan tinggi negeri (PTN).

Fikri memaparkan sembilan catatan evaluasi kritis, salah satunya terkait durasi pengerjaan soal yang dianggap tidak realistis dan membebani siswa, termasuk siswa berprestasi.

Menurutnya, format pilihan ganda kompleks serta wacana panjang membuat siswa kehilangan banyak waktu dalam memahami dan menyelesaikan soal.

"Dengan alokasi waktu hanya 45 menit untuk menyelesaikan 25 butir soal, siswa dipaksa mengerjakan satu soal dalam waktu kurang dari dua menit, tepatnya 1 menit 48 detik. Keterbatasan waktu ini dinilai mustahil dapat diselesaikan dengan optimal, bahkan oleh siswa cerdas sekalipun, mengingat tingkat kesulitan soal yang membutuhkan analisis mendalam," ia mengungkapkan.

Selain itu, ia juga menyoroti ketidaksinkronan antara materi simulasi dan pelaksanaan riil TKA, yang memicu kebingungan di kalangan siswa.

Berdasarkan aspirasi masyarakat dan keluhan guru di daerah pemilihannya, ditemukan bahwa banyak soal dalam TKA memuat materi yang tidak sesuai dengan kisi-kisi gladi bersih dan bahkan belum pernah diajarkan di kelas.

Dugaan Kebocoran dan Masalah Teknis

Fikri juga mengangkat persoalan integritas pelaksanaan TKA yang dipertanyakan karena adanya laporan penggunaan handphone oleh siswa saat ujian berlangsung.

Hal ini menimbulkan dugaan kebocoran soal yang dapat mencederai keadilan dalam pelaksanaan asesmen nasional.

Selain itu, ditemukan pula kendala teknis berupa ketidaksesuaian waktu pada server ujian, yang menimbulkan keraguan terhadap akurasi dan keadilan proses asesmen.

Menanggapi berbagai persoalan tersebut, Fikri menyatakan akan menyerahkan data rinci hasil evaluasi kepada Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) untuk ditindaklanjuti.

"Hasil TKA kali ini cukup dijadikan bahan evaluasi internal untuk perbaikan sistem pendidikan dan kerangka asesmen ke depan agar benar-benar disesuaikan antara kompetensi, level kognitif, dan konteks yang wajar bagi siswa," ujarnya.

Penulis :
Shila Glorya