
Pantau - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMPN 13 Depok berjalan lancar dan dinilai efektif membangun karakter siswa sekaligus memastikan keamanan pangan melalui prosedur ketat dari sekolah maupun penyedia makanan.
Keyakinan Siswa dan Pembentukan Karakter Lewat MBG
Nada Raina Fajria, siswi kelas 9 SMPN 13 Depok, merasa yakin dan tidak khawatir MBG di sekolahnya mengandung racun karena percaya kepada guru-guru yang mencicipi makanan terlebih dahulu.
Nada memahami bahwa setiap SPPG telah mempertimbangkan kandungan gizi dari sayuran, buah, lauk, dan susu yang diberikan serta membekali siswa dengan edukasi mengenai nilai gizi.
Pembangunan karakter melalui MBG dinilai tidak langsung terlihat seperti pembangunan infrastruktur, tetapi dijalankan secara konsisten melalui kebiasaan siswa sehari-hari.
Di SMPN 13 Depok, pembiasaan tanggung jawab dimulai dari penunjukan seorang siswa untuk mengambil makanan, menghitung jumlah siswa yang hadir, mengambil ompreng sesuai kebutuhan, dan membagikan makanan kepada teman-temannya.
Kepala Sekolah Farida Nurbaiti menekankan adanya nilai tenggang rasa dan kesetiakawanan dalam kegiatan MBG.
Ia menjelaskan tata cara pembagian makanan saat ada siswa yang absen, di mana makanan ditawarkan kepada siswa lain, kemudian guru, dan terakhir kepada siswa kurang mampu untuk dibawa pulang jika tidak ada yang ingin menghabiskan.
“MBG bukan sekadar kita dapat makan gratis, melainkan memberikan karakter yang hebat buat anak-anak, bagaimana mereka mengantre, bergotong-royong dengan teman-temannya, dan ketika sudah selesai, ada yang mengembalikan ompreng dengan tertib, sehingga MBG ini tidak menyusahkan, tetapi membangun karakter yang positif selain mereka mendapatkan gizi,” ujarnya.
Siswa juga diajarkan untuk tidak membuang sisa makanan; bagian seperti tulang, batang sayur, biji buah, hingga sisa nasi dikumpulkan dan boleh dibawa pulang bagi siswa yang memiliki hewan peliharaan.
Guru ikut memastikan tidak ada sampah makanan terbuang sia-sia, dengan menyalurkannya ke peternakan maggot RT/RW sebagai bagian dari penerapan ekonomi sirkular.
Standar Keamanan Pangan Ketat di SPPG Cinere
Distribusi MBG dari SPPG Cinere berlangsung lancar dan aman tanpa kejadian keracunan pangan.
Kepala SPPG Cinere Afif Maulana Rivai menjelaskan bahwa pemasok wajib memberikan bahan baku bermutu dan mengganti bahan yang ditemukan rusak.
Setiap tamu SPPG wajib menaati SOP seperti mencuci tangan dan memakai alat pelindung diri berupa penutup kepala serta masker.
Karyawan tidak diperbolehkan memakai baju dari luar, tidak memakai aksesoris seperti cincin, dan harus berganti pakaian di ruang khusus agar tetap steril.
SPPG Cinere menetapkan SOP penggunaan pisau berdasarkan warna dengan kode hijau untuk sayur, merah untuk daging, dan putih untuk buah.
Makanan yang telah dimasak harus didinginkan 1–2 jam sebelum dimasukkan ke ompreng untuk mencegah kontaminasi.
Petugas dilarang melewati dapur saat mencuci ompreng dan harus menggunakan jalur khusus.
Ompreng dicuci memakai mesin berkapasitas 40 dengan air panas dan bahan pembersih khusus lalu dilap menggunakan sarung tangan dan lap steril oleh tim.
Limbah makanan turut dipisahkan dan bekerja sama dengan kelurahan untuk dijadikan pakan maggot.
Kolaborasi antara SPPG dan sekolah diharapkan mampu mewujudkan tujuan besar MBG dalam membangun karakter manusia Indonesia yang berkualitas.
- Penulis :
- Aditya Yohan








