
Pantau - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga) sekaligus Kepala BKKBN, Wihaji, menyatakan bahwa Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Jawa Barat menjadi dua provinsi prioritas dalam upaya nasional menurunkan angka stunting.
Penetapan prioritas tersebut disampaikan Wihaji dalam acara Gerakan Orang Tua Cegah Stunting (Genting) Collaboration Summit 2025 yang digelar di Jakarta, Rabu (10/12/2025).
Ia menjelaskan bahwa NTT dipilih karena memiliki prevalensi stunting tertinggi di Indonesia berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, yakni sebesar 37 persen.
Sementara Jawa Barat diprioritaskan karena merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia, sehingga potensi dampak intervensi di wilayah ini dinilai sangat besar.
"Secara daerahnya Jawa Barat dan NTT karena memang kita prioritaskan. Bukan berarti semuanya tidak prioritas, tetapi lebih kepada Jawa Barat karena jumlah penduduknya paling banyak, NTT karena memang prevalensi stuntingnya memang tinggi," ungkapnya.
Kolaborasi Lintas-Sektor Jadi Kunci Penurunan Stunting
Dalam kesempatan yang sama, Wihaji menegaskan pentingnya kolaborasi lintas-sektor melalui program Genting untuk mempercepat penurunan prevalensi stunting.
Program Genting membuka kesempatan bagi berbagai pihak untuk berperan sebagai orang tua asuh yang dapat memilih bentuk intervensi sesuai kapasitasnya.
"Masing-masing boleh memilih apa yang akan dikerjakan untuk membantu menurunkan prevalensi stunting," ia mengungkapkan.
Ia menjelaskan bahwa terdapat empat jenis intervensi yang disiapkan, yaitu bantuan asupan gizi, penyediaan air bersih, edukasi, dan sanitasi.
"Kita siapkan empat menu; satu, siapa yang mau memberi asupan gizi; siapa yang mau memberi air bersih; siapa yang mau memberi edukasi; kemudian siapa yang mau memberi sanitasi. Dari situ, silakan pilih apa yang dikerjakan oleh orang tua asuh, silakan bisa membantu melalui program orang tua asuh," jelas Wihaji.
Total paket intervensi yang telah disalurkan melalui program Genting mencapai 1,5 juta paket dengan estimasi nilai mencapai Rp291 juta.
Jumlah mitra yang terlibat dalam gerakan ini tercatat sebanyak 301.407 pihak dari berbagai sektor.
Target Nasional Turunkan Stunting Jadi 18 Persen di 2025
Berdasarkan data SSGI tahun 2024, prevalensi stunting nasional saat ini berada di angka 19,8 persen.
Angka tersebut sudah di bawah ambang batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 20 persen.
Meski demikian, pemerintah tetap menargetkan prevalensi stunting turun menjadi 18 persen pada tahun 2025 sebagai bagian dari upaya memperkuat ketahanan keluarga.
"Ketahanan keluarga dimulai dari penurunan stunting. Jika kita bisa menjamin penurunan stunting merata di seluruh wilayah, maka keluarga Indonesia akan bahagia," tutur Wihaji.
- Penulis :
- Shila Glorya






