
Pantau - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Ekonomi, M. Azrul Tanjung, menekankan pentingnya pengembangan ekonomi hijau sebagai upaya mendukung pergerakan ekonomi umat di Indonesia.
Hal tersebut ia sampaikan dalam pembukaan Rapat Kerja Lembaga Penggerak Ekonomi Umat (LPEU) dan Penguatan Pembinaan Koperasi yang digelar di Jakarta pada Jumat, 19 Desember 2025.
Menurut Azrul, salah satu bentuk ekonomi hijau yang memiliki potensi besar adalah perdagangan karbon yang saat ini tengah gencar didorong oleh pemerintah.
"Misalnya wisata hutan, kemudian ekowisata, kemudian ada carbon trading. Carbon trading menjadi penting karena saya mendapat informasi yang cukup valid dan bahkan saya ketemu langsung dengan pengusahanya carbon trading sudah melakukan transaksi," ungkapnya.
Ia menambahkan, "Tentu umat Islam khususnya kita yang tergabung di MUI tidak boleh tertinggal di bisnis-bisnis lingkungan."
Perdagangan Karbon dan Instrumen Kebijakan Pemerintah
Pemerintah Indonesia saat ini tengah memperluas ekosistem perdagangan karbon melalui dua jalur utama: pasar lokal lewat Bursa Karbon Indonesia dan pasar karbon sukarela (voluntary carbon market) yang kini semakin terbuka.
Regulasi untuk mendukung hal tersebut diperkuat melalui Peraturan Presiden Nomor 110 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Instrumen Nilai Ekonomi Karbon dan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca Nasional.
Langkah ini dinilai sejalan dengan upaya membangun ekonomi berbasis keberlanjutan yang dapat melibatkan berbagai lapisan masyarakat, termasuk pelaku usaha berbasis syariah.
Azrul juga menyinggung potensi sektor pengolahan dan pengelolaan limbah sebagai bagian dari penguatan ekonomi umat, tanpa mengabaikan aspek pelestarian lingkungan.
Pascabencana, Pengelolaan Hutan Jadi Perhatian
Lebih lanjut, Azrul menyoroti pentingnya rehabilitasi dan pengelolaan hutan secara produktif, terutama setelah terjadinya bencana banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat beberapa waktu lalu.
Menurutnya, deforestasi dan kerusakan lingkungan diduga menjadi salah satu faktor yang memperburuk dampak bencana di wilayah tersebut.
"Kita pascabencana sudah harus memikirkan dan menggerakkan bagaimana ke depan hutan-hutan yang rusak, khususnya di tiga provinsi itu Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat kita jadikan hutan yang produktif," ia mengungkapkan.
Sebagai solusi, Azrul mengusulkan pemanfaatan hutan tanpa merusak lingkungan, seperti dengan menanam pohon penghasil buah yang bisa menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat sekitar.
- Penulis :
- Arian Mesa





