
Pantau - Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengakui masih adanya kekurangan dalam penanganan bencana banjir bandang dan tanah longsor di wilayah Sumatera dan Aceh, serta menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat atas ketidaksempurnaan upaya pemerintah.
Pemerintah Respons Kritik Masyarakat dan Aksi Bendera Putih
Tito menyatakan bahwa pemerintah mendengar dan memahami kritik masyarakat terhadap penanganan bencana di sejumlah wilayah terdampak di Sumatera.
"Kami, pemerintah, mendengar dan memahami berbagai kritik serta masukan dari masyarakat terhadap penanganan bencana di Sumatera," ungkapnya.
Pernyataan tersebut disampaikan sebagai respons atas ketidakpuasan publik, termasuk aksi pengibaran bendera putih oleh warga terdampak bencana di Aceh sebagai simbol keputusasaan terhadap respons pemerintah.
Tito menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat apabila penanganan pemerintah belum maksimal.
"Dengan segala kerendahan hati, kami meminta maaf apabila masih terdapat kekurangan. Kendala di lapangan memang cukup besar karena medan yang berat. Namun, sebagai pemerintah, kami berkewajiban untuk terus bekerja, mengatasi hambatan, memperbaiki kinerja, dan bergerak cepat memenuhi kebutuhan darurat saudara-saudara kita di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa tantangan utama dalam proses evakuasi dan distribusi bantuan adalah kondisi geografis yang sulit dijangkau serta keterbatasan teknis di lapangan.
Imbauan Solidaritas Nasional dan Data Terbaru Korban
Tito menekankan pentingnya kerja sama dari seluruh elemen masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi krisis ini.
"Uluran tangan masyarakat sangat membantu. Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi. Mari terus bersama-sama dalam bingkai soliditas kebangsaan dan kemanusiaan untuk mempercepat pemulihan," ia mengungkapkan.
Menurutnya, semangat gotong royong dan solidaritas nasional menjadi kunci utama dalam mempercepat proses pemulihan wilayah terdampak bencana.
Berdasarkan data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 19 Desember 2025, total korban meninggal akibat banjir bandang dan tanah longsor di wilayah Sumatera mencapai 1.068 jiwa.
Selain itu, sebanyak 190 orang masih dinyatakan hilang.
Jumlah pengungsi tercatat sekitar 577.600 jiwa, tersebar di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Tito memastikan bahwa pemerintah akan terus melakukan perbaikan berkelanjutan untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana.
- Penulis :
- Leon Weldrick







