
Pantau.com - Perkembangan teknologi di era modern ternyata tak selalu berdampak positif. Salah satunya dunia maya yang justru dikhawatirkan dapat menjadi sarana penyebaran paham radikal.
"Karena banyak beredar video kekerasan dan propaganda yang dapat mempengaruhi pemikiran remaja yang labil," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komjen Pol Suhardi Alius di Tangerang, Banten, Rabu (25/4/2018)
Dia menambahkan untuk mengatasi terorisme adalah dengan ideologi karena para teroris menjadikan dunia maya sebagai tempat yang nyaman untuk melakukan propaganda.
Menurut dia, untuk melawan propaganda dunia maya maka para remaja harus cerdas menyikapinya dengan selalu berpegang pada pesan perdamaian.
"Kekerasan tidak memecahkan masalah terorisme tapi dengan pendekatan secara lembut, perlahan dapat diterima berbagai pihak," katanya.
Baca juga: BNPT Klaim Penanganan Terorisme di Indonesia Disanjung Australia
Namun Suhardi sudah beberapa kali diundang berbagai negara termasuk Amerika Serikat dan Yordania untuk menyampaikan masalah terorisme.
Saat ini, pengguna telepon selular (ponsel) pintar di Indonesia sekitar 371 juta dan lebih dari itu merupakan penguna internet, dominan anak "zaman now" maka paham radikalisme itu disebarkan melalui ponsel.
"Hal ini merupakan jumlah yang lebih banyak dari penduduk di Indonesia sekitar 260 juta jiwa," katanya.
Pihaknya pernah meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk menghapus konten berbau paham radikal akhirnya disetujui.
Suhardi juga mengukuhkan 60 remaja Banten sebagai peserta dan mereka membuat lima website, yakni benteng.dutadamai.id, ruangriung.id,jawara.dutadamai.id, culasatu.id, dan sorosuwan.id.
Kelima website yang dibuat para remaja tersebut merupakan nama dari kearifkan lokal khas Banten. Kelima website itu akan bergabung dengan Pusat Media Damai (PMB BNPT) dalam menyuarakan perdamaian dalam rangka pencegahan terorisme di dunia maya.
- Penulis :
- Dera Endah Nirani