Pantau Flash
HOME  ⁄  News

Mengenal Makna Panggilan “Gus”

Oleh Wira Kusuma
SHARE   :

Mengenal Makna Panggilan “Gus”
Foto: Foto: Gus Miftah (Tangkapan Layar)

Pantau-Dengan besar hati, Pendakwah Maulana Habiburrahman atau dikenal sebagai Gus Miftah menyampaikan permintaan maaf atas ucapannya saat berceramah di Pondok Pesantren API Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah. Dalam video yang ramai diperbincangkan, Gus Miftah melontarkan kata "goblok" kepada penjual es teh, yang dianggap sebagian pihak sebagai ucapan tidak pantas.

Gus Miftah mengungkapkan penyesalannya atas insiden tersebut. Berikut pernyataan lengkap permintaan maafnya:

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya, Miftah Maulana Habiburrahman, dengan kerendahan hati meminta maaf atas kekhilafan saya. Saya memang sering bercanda dengan siapa saja, termasuk dalam ceramah. Atas candaan saya kepada yang bersangkutan, saya akan meminta maaf secara langsung. Semoga beliau berkenan memaafkan saya."

Selain itu, ia juga meminta maaf kepada kepada masyarakat atas kegaduhan yang muncul. "Saya juga minta maaf kepada masyarakat atas kegaduhan ini, yang merasa terganggu atas candaan saya, yang dinilai oleh masyarakat berlebihan. Untuk itu, saya juga minta maaf. Ini juga merupakan introspeksi bagi saya untuk lebih berhati-hati berbicara di depan publik dan masyarakat. Saya juga sudah ditegur oleh Bapak Seskab dari Kupang, untuk lebih berhati-hati dalam menyampaikan pendapat dan pidato di depan masyarakat umum," demikian permintaan maaf Gus Miftah Rabu (4/12/2024).

Baca juga: Fakta-Fakta tentang Gus Miftah yang Jadi Sorotan Usai Olok-Olok Penjual Es Teh Viral

Sejarah dan Makna Panggilan “Gus”

Panggilan "Gus" memiliki makna yang mendalam dan istimewa dalam tradisi masyarakat pesantren di Jawa, khususnya di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Gelar ini tidak hanya mencerminkan status sosial, tetapi juga memiliki sejarah panjang yang terkait dengan keluarga kiai, ulama, dan pesantren

Namun, apa sebenarnya makna dari panggilan “Gus,” bagaimana sejarahnya?

Seperti dilansir berbagai sumber, secara etimologis, kata “Gus” merupakan singkatan dari bagus, yang dalam bahasa Jawa berarti tampan, baik, atau terhormat. Gelar ini digunakan secara khusus untuk anak laki-laki dari seorang kiai atau pemimpin pesantren yang dihormati.

Dalam tradisi pesantren, panggilan "Gus" tidak hanya diberikan kepada anak kiai secara sembarangan, tetapi kepada mereka yang dipandang sebagai penerus ilmu agama dan tradisi keluarga. Dengan kata lain, seorang Gus dipersiapkan untuk menjadi pemimpin agama, ulama, atau bahkan tokoh masyarakat di masa depan.

Baca juga: 

Panggilan ini pertama kali muncul di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah, pusat dari banyak pesantren besar di Indonesia. Tradisi ini kemudian menyebar dan menjadi identitas penting dalam masyarakat NU. Seorang "Gus" sering dianggap sebagai simbol kehormatan keluarga ulama, yang menjaga tradisi keilmuan Islam dan kepemimpinan moral di komunitasnya.

Keistimewaan Panggilan “Gus”

  1. Simbol Keturunan Ulama
    Panggilan "Gus" menunjukkan bahwa seseorang adalah keturunan langsung dari kiai atau ulama besar, yang biasanya memiliki peran penting di pesantren. Hal ini memberikan kehormatan tersendiri di mata masyarakat, karena mereka dianggap memiliki latar belakang pendidikan agama yang kuat.
     
  2. Kesiapan Menjadi Pemimpin
    Seorang Gus biasanya dipersiapkan sejak dini untuk melanjutkan peran kepemimpinan pesantren atau komunitas. Mereka mendapat pendidikan agama intensif, termasuk ilmu fikih, tafsir, hadis, dan bahasa Arab, yang menjadi bekal dalam memimpin umat di masa depan.
     
  3. Dihormati dalam Tradisi Pesantren
    Karena perannya yang penting, seorang Gus mendapat penghormatan khusus dari santri dan masyarakat pesantren. Mereka dianggap sebagai calon ulama yang akan menjaga tradisi keilmuan dan nilai-nilai pesantren.
Penulis :
Wira Kusuma