
Pantau - Pidato Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menandai babak baru peran Indonesia di panggung global, dengan menegaskan komitmen terhadap nilai persaudaraan dunia, pengentasan kemiskinan, dan pembebasan Palestina dari penjajahan.
Dalam pidatonya, Prabowo tidak hanya menyampaikan pernyataan diplomatik normatif, tetapi juga memberikan sinyal kuat bahwa Indonesia siap berkontribusi secara aktif dalam penyelesaian konflik global yang telah lama menjadi perhatian dunia internasional.
Indonesia Ambil Sikap Tegas, Konsisten pada Prinsip Perdamaian
Keberanian Prabowo berbicara tegas di hadapan forum dunia mencerminkan posisi Indonesia yang semakin sejajar dengan pemimpin-pemimpin besar dunia, sekaligus menunjukkan konsistensi politik luar negeri yang berpihak pada perdamaian dan keadilan.
Pidato ini menjadi pengingat akan pentingnya menghidupkan kembali peran sentral PBB yang belakangan melemah akibat tarik-menarik kepentingan negara-negara besar.
Presiden Prabowo menekankan bahwa politik luar negeri Indonesia sejak awal mengusung prinsip bebas aktif: tidak berpihak secara buta pada blok tertentu, namun juga tidak tinggal diam terhadap ketidakadilan yang nyata di hadapan mata dunia.
Prinsip ini yang membuat Indonesia dihormati di forum-forum internasional, karena konsistensinya berdiri di atas dasar moral, bukan semata kepentingan strategis.
Solidaritas untuk Palestina dan Tantangan Multilateralisme
Momentum ini juga memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang berani mengambil sikap berbeda dalam dinamika internasional yang kian kompleks.
Solidaritas global terhadap Palestina kini kembali menguat, ditandai dengan pengakuan resmi dari negara-negara besar seperti Inggris, Kanada, Australia, dan Prancis.
Dukungan tersebut menjadi simbol bahwa dunia belum kehilangan hati nuraninya, serta memberi ruang bagi negara-negara seperti Indonesia untuk tampil sebagai penggerak perubahan, bukan hanya pengamat pasif.
Dalam konteks ini, pidato Presiden Prabowo menjadi cerminan konkret dari semangat politik bebas aktif yang aktual, bukan sekadar retorika.
PBB sendiri kini menghadapi tuntutan revitalisasi multilateralisme yang lebih inklusif dan berani.
Menurunnya dominasi mutlak Amerika Serikat dan kemunculan suara alternatif dari negara-negara berkembang membuka peluang baru untuk membangun tatanan global yang lebih adil.
Organisasi ini membutuhkan kepemimpinan moral yang mampu merangkul perbedaan, memperkuat solidaritas, dan mengembalikan kepercayaan negara anggota terhadap peran PBB sebagai forum penyelesaian konflik yang sah.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf
- Editor :
- Tria Dianti