
Pantau - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Pramono Anung dan Wakil Gubernur Rano Karno tengah menggulirkan program baru yang mendapat perhatian luas, yakni Program Sarapan Gratis (PSG). Program ini dirancang untuk mendukung pemenuhan gizi siswa dan mengurangi beban ekonomi masyarakat, terutama di kalangan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Meski memiliki tujuan serupa, PSG dipastikan tidak tumpang tindih dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah berjalan. Hal ini dikarenakan PSG akan menggunakan pendekatan subsidi langsung kepada sekolah-sekolah, yang kemudian dimanfaatkan untuk bekerja sama dengan UMKM lokal, kantin, dan komite sekolah.
Perbedaan Metode Implementasi
Jika MBG dikelola langsung oleh pemerintah untuk menyediakan makanan bergizi di titik-titik tertentu, PSG lebih berfokus pada kemandirian sekolah dalam menyusun dan menyediakan sarapan. Sekolah yang terlibat dalam program ini akan menerima subsidi, yang memungkinkan mereka untuk menggandeng pelaku usaha mikro di sekitar lingkungan sekolah. Pendekatan ini tidak hanya memastikan keberlanjutan program tetapi juga menggerakkan ekonomi lokal.
Baca Juga:
Pramono Bakal Beri Subsidi Program Sarapan Gratis bagi Sekolah di Jakarta
Prioritas Wilayah Padat Penduduk
Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta mendorong agar PSG dimulai dari wilayah-wilayah kumuh dan padat penduduk yang membutuhkan perhatian khusus. Langkah ini dianggap strategis untuk memberikan dampak langsung pada masyarakat yang paling membutuhkan sekaligus mengurangi angka anak-anak yang kekurangan gizi di wilayah tersebut.
Potensi Anggaran dan Pendukung
Dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta tahun 2025 mencapai Rp 91,34 triliun, program ini diyakini dapat berjalan optimal. Selain itu, potensi kolaborasi dengan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan-perusahaan di Jakarta juga menjadi peluang besar untuk mendukung keberlangsungan program ini.
Makanan Khas Betawi untuk Sarapan Bergizi
Dalam pelaksanaannya, pemerintah juga diminta untuk memperhatikan menu makanan yang disediakan. Selain harus memenuhi unsur gizi yang seimbang, menu sarapan gratis diharapkan dapat mengutamakan masakan khas Betawi sebagai bentuk pelestarian budaya lokal.
Pengawasan dan Simulasi Pelaksanaan
Agar program ini berjalan sesuai harapan, diperlukan sistem pengawasan yang menyeluruh dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari dinas pendidikan, sekolah, hingga masyarakat sekitar. Simulasi program juga perlu dilakukan sebelum implementasi penuh untuk memastikan efektivitas program ini.
Mengintegrasikan PSG dan MBG
Kombinasi PSG dan MBG dapat menciptakan dampak positif yang lebih luas. PSG fokus pada sarapan, sementara MBG melanjutkan pemenuhan kebutuhan gizi di luar waktu tersebut. Jika dikelola dengan baik, kedua program ini akan menjadi langkah nyata dalam mendukung tumbuh kembang anak-anak Jakarta secara optimal.
- Penulis :
- Ahmad Ryansyah