
Pantau.com - Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Berly Martawardaya menilai revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi RI tahun 2020 oleh Bank Indonesia menjadi kisaran 5,0 persen-5,4 persen dari sebelumnya 5,1 persen-5,5 persen harus menjadi momentum untuk berbenah.
"Ketika ekonomi sedang jelek, waktunya berbenah, sehingga tahun berikutnya bisa maju pesat," katanya dihubungi di Jakarta, Jumat (21/2/2020).
Direktur Riset Indef itu menyebutkan pembenahan yang harus dilakukan di antaranya menyangkut masalah korupsi karena menjadi momok dalam melakukan bisnis di Tanah Air sesuai laporan indeks daya saing global 2017-2018.
Baca juga: Pemerintah Optimistis Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,3 Persen
Laporan yang dipublikasikan Forum Ekonomi Dunia (WEF) itu menempatkan masalah korupsi pada posisi pertama dari 16 faktor dengan indeks 13,8. Selain itu, faktor lain di antaranya birokrasi pemerintahan yang tidak efisien dengan indeks 11,1 dan akses terhadap keuangan (9,2).
"Perangkat antikorupsi harus dijaga terus kuat dan sanksi tinggi. Kondisi hukum tidak terpisahkan dari ekonomi tapi bagian integral," imbuh Berly yang juga akademisi Universitas Indonesia (UI) itu.
Revisi dari BI itu, lanjut dia, juga realistis yang disebabkan tidak hanya dampak perlambatan ekonomi China akibat wabah Virus Corona tetapi juga karena pengaruh ekonomi global baik perang dagang dan geopolitik. Selain China, negara lain yang juga mitra dagang RI dan terkena dampak Virus Corona adalah Jepang, Korea Selatan, dan Singapura yang ekonominya mengalami tekanan karena terdampak wabah tersebut.
Di sisi lain, kisaran pertumbuhan ekonomi dari BI, kata dia, masih lebih tinggi dibandingkan perkiraan lembaga internasional, ekonom, dan bahkan Indef yang sebelum merebak wabah Virus Korona, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi RI 2020 mencapai 4,8 persen.
"Moody's, lembaga internasional prediksi ekonomi RI 2020 itu 4,7 persen sebelum ada Korona dan itu bahkan lebih rendah dari kami. Jadi mencapai 5 persen tahun ini itu sulit," katanya.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,02 persen Sepanjang 2019, Jokowi Bersyukur
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan revisi perkiraan itu karena adanya penyebaran Virus Korona yang dapat mempengaruhi perekonomian Indonesia.
Menurut dia, Virus Korona tersebut dapat mempengaruhi kondisi perekonomian nasional melalui tiga sektor yaitu pariwisata, perdagangan, dan investasi. Dalam menghadapi kondisi ini, Perry memastikan Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat sumber, struktur, dan kecepatan pertumbuhan ekonomi.
"Termasuk mendorong investasi melalui proyek infrastruktur dan implementasi RUU Cipta Kerja dan Perpajakan," katanya.
Melalui sejumlah pembenahan tersebut, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2021 akan kembali meningkat pada kisaran 5,2 persen-5,6 persen.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta