
Pantau - Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef, M Rizal Taufikurahman, menilai bahwa penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI-Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,50 persen akan menjadi langkah strategis untuk memperkuat transmisi kebijakan moneter ke sektor riil.
Stabilitas inflasi yang berada di bawah 3 persen membuka ruang bagi pemangkasan tanpa memberi tekanan berlebih pada nilai tukar rupiah.
Kondisi ini, menurut Rizal, memungkinkan suku bunga riil tetap positif dan sejalan dengan upaya mendorong ekspansi kredit, khususnya kredit modal kerja dan investasi yang masih melambat pada paruh pertama tahun 2025.
Sinkronisasi Kebijakan untuk Dorong Pertumbuhan
"Pemangkasan 25 bps (proyeksi pemangkasan menjadi 4,50 persen di bulan ini) akan mempertegas keberlanjutan siklus pelonggaran yang dimulai September lalu, sekaligus menjaga policy alignment dengan arah kebijakan fiskal yang lebih ekspansif. Dengan begitu, BI dapat memperkuat efek sinergi kebijakan dalam menjaga pertumbuhan tanpa kehilangan kredibilitas inflasi," ujar Rizal.
Ia mengakui bahwa risiko capital outflow akan meningkat jika suku bunga diturunkan, namun tetap terkendali asalkan dilakukan secara bertahap dan diimbangi dengan strategi triple intervention oleh Bank Indonesia.
Meskipun spread suku bunga antara rupiah dan dolar AS akan menyempit, Rizal menilai cadangan devisa Indonesia masih cukup untuk menghadapi volatilitas jangka pendek.
Ia juga menambahkan bahwa aliran dana asing ke pasar ekuitas dan obligasi domestik mulai mengimbangi arus keluar dari portofolio.
"Dengan catatan BI menjaga komunikasi pasar secara tegas dan memperkuat operasi valas, pemangkasan 25 bps tidak akan mengguncang stabilitas. Risiko terkendali, manfaat pemulihan ekonomi lebih besar," tegas Rizal.
Opsi Tahan Suku Bunga Tetap Valid di Tengah Tekanan Global
Meskipun mendukung pelonggaran, Rizal juga mengakui bahwa menahan suku bunga di level 4,75 persen merupakan opsi yang valid dalam kondisi saat ini.
Jika Bank Indonesia memilih untuk tidak menurunkan suku bunga, hal tersebut dapat dimaknai sebagai langkah menjaga stabilitas sistem keuangan di tengah tekanan nilai tukar dan keluarnya arus modal asing.
Arus keluar portofolio asing sejak akhir kuartal III 2025 telah mendorong nilai tukar rupiah melemah mendekati Rp16.500 per dolar AS.
Dalam konteks ini, Rizal menyebut pendekatan wait and see akan menjadi sinyal bahwa BI tetap memprioritaskan stabilitas nilai tukar dan mempertahankan posisi cadangan devisa nasional.
Cadangan devisa terakhir tercatat turun ke kisaran 148 miliar dolar AS.
"Kebijakan tahan suku bunga menjadi defensive stance yang logis sampai tekanan global mereda atau arah kebijakan The Fed lebih jelas," jelasnya.
Bank Indonesia dijadwalkan mengumumkan keputusan terbaru mengenai suku bunga acuan dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada hari artikel ini diterbitkan.
Sebelumnya, BI telah menurunkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen dalam RDG bulan September 2025.
Sejak tahun lalu, BI tercatat telah enam kali memangkas BI-Rate dengan total penurunan 150 bps, yakni pada September 2024, dan Januari, Mei, Juli, Agustus, serta September 2025.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf