
Pantau.com - George Flyod, yang kematiannya memicu protes massal di Amerika Serikat, ternyata positif COVID-19 berdasarkan hasil autopsi.
Laporan yang dirilis pada Rabu 3 Juni, oleh Kantor Pemeriksa Medis di Herrepin, mengungkapkan Flyod tidak menunjukkan gejala atau kerusakan paru-paru dan mengungkapkan bahwa kematiannya diakibatkan akibat cekikan polisi pada 25 Mei silam.
Laporan itu merincikan bahwa Flyod tidak menunjukan gejala COVID-19. Paru-parunya tidak menunjukkan kerusakan, bebas dari pneumonia, peradangan granulomatosa maupun adanya zat asing di dalam tubuhnya.
Dikutip Fox News, Kamis (4/6/2020), dari hasil autopsi diketahui George Floyd positif korona dari tes PCR (Polymerase Chain Reaction). Sebelumnya, kontroversi sempat terjadi menyusul dirilisnya laporan autopsi pertama yang menyatakan Floyd tewas karena kondisi kesehatannya yang memburuk. Dalam laporan itu juga dinyatakan tak ada bukti fisik Floyd meninggal dunia karena cekikan.
Baca juga: Bukti Autopsi Independen Ungkap George Flyod Tewas Akibat Cekikan
Laporan itu justru mencatat beberapa penggunaan narkoba, termasuk fentayl dan methamphetamine, kemudian minuman keras yang dianggap sebagai penyebab kematian pada awalnya. Namun, pihak keluarga yang tidak puas dengan laporan tersebut melakukan autopsi independen.
Hasilnya, Floyd dinyatakan tewas karena sesak napas menyusul adanya tekanan pada area lehernya yang menyebabkan menyusutnya aliran darah ke otak. Disebutkan juga Flyod mengalami luka pada bagian alis, hidung, pipi, dan bahu.
Menyusul laporan autopsi independen, Jaksa Agung Minnesota Keith Ellison meningkatkan dakwaan terhadap Chauvin menjadi pembunuhan tingkat dua dan membawa dakwaan terhadap tiga petugas lainnya yang hadir pada saat kejadian.
Kematian Flyod memicu protes global termasuk di Kanada, London, dan Berlin. George Flyod, seorang pria kulit hitam, tewas usai polisi Minneapolis Derek Chauvin menekan lehernya selama hampir sembilan menit. Selama penangkapan itu, dalam sebuah video, Flyod berkali-kali mengatakan dirinya tidak bisa bernapas.
Baca juga: Paus Fransiskus Soal George Floyd: Kita Tak Bisa Menutup Mata pada Rasisme
- Penulis :
- Noor Pratiwi