
Pantau.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sejak awal tahun 2018 masih mengalami tren peningkatan. Rupiah bahkan sempat menyentuh Rp 14.500 cukup jauh dari proyeksi APBN 2018 sebesar Rp 13.400 per dolar AS.
Bank Indonesia mencatat sejak awal tahun 2018 rupiah terdepresiasi 6 persen. Kendati demikian, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyatakan jumlah tersebut masih lebih kecil dari pelemahan rupiah di beberapa negara lain.
"Ini lebih rendah dibandingkan pelemahan mata uang negara lainnya, seperti Filipina, India, Afrika Selatan, Brazil, dan Turki," ujarnya.
Baca juga: Rupiah Terus Tertekan, HIMPI: Industri Kita akan Hancur
"Oleh karena itu suku bunga kebijakan bank Indonesia ada yang kita sebut Bi seven days reverse repo rate dinaikkan sebesar 50 basis poin menjadi 5, 25 persen pada rapat dewan Gubernur 20-28 Juni 2018 yang lalu, yang juga sudah kami sampaikan ke publik," paparnya.
"Pada saat yang sama pelanggaran kebijakan untuk loan to value rasio dilakukan untuk mendorong sektor perumahan di samping itu sejumlah langkah juga kita lakukan baik yang terkait dengan penerapan hukum penerapan GWM averaging 2% atau naik setengah persen dari sebelumnya," imbuhnya.
Baca juga: Kendati Sering Dibully, Bekasi Tetap Jadi Primadona Investor
Kemudian di bidang nilai tukar Bank Indonesia terus melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai dengan nilai fundamental nya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar.
"Dalam konteks seperti ini, kami terus melakukan langkah-langkah stabilisasi itu melalui yang kita sebut intervensi ganda baik di pasar valas maupun pembelian SBN kalau," pungkasnya.
- Penulis :
- Nani Suherni