
Pantau.com - Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Minggu (20 Mei 2018) waktu setempat berbicara untuk memastikan soal pertemuan puncak Korea Utara-AS tetap berlangsung.
Sebelumnya, negara pimpinan Kim Jong Un itu sempat mengancam Amerika Serikat agar tidak melakukan intervensi terhadap senjata nuklir miliknya. Bahkan mereka mengaku tidak tertarik dengan pertemuan 12 Juni di Singapura mendatang, jika AS tetap bersikeras.
Kantor kepresidenan Korea Selatan menjelaskan, Moon dan Trump berbicara melalui telepon sekitar 20 menit dan bertukar pandangan tentang tanggapan Korea Utara baru-baru ini.
"Kedua pemimpin itu akan bekerja sama demi keberhasilan penyelenggaraan temu puncak Korut-AS, yang ditetapkan pada 12 Juni, termasuk KTT Korea Selatan-AS mendatang," kata pejabat kepresidenan.
Baca juga: Nicolas Maduro Kembali Terpilih sebagai Presiden Venezuela
Keduanya akan bertemu pada Selasa di Washington sebelum pemimpin Korea Utara Kim Jong-un bertemu dengan Trump pada 12 Juni di Singapura.
Meskipun pertemuan bersejarah antar-Korea pada akhir April meningkatkan harapan rekonsiliasi, namun Korea Utara menunjukkan perubahan dramatis dalam beberapa hari terakhir.
Kepala perunding Korea Utara Ri Son-gwon, Kamis pekan lalu, mengatakan bahwa mereka tidak akan mengadakan pembicaraan dengan Korea Selatan kecuali tuntutan mereka dipenuhi, merujuk pada latihan tempur udara Korea Selatan-AS bernama "Max Thunder".
Latihan tersebut dilaksanakan sehari setelah Utara mengancam akan keluar dari KTT dengan AS.
Baca juga: Soal Pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem, Maroko Gelar Unjuk Rasa
Demi meredam situasi, juru bicara Palang Merah Internasional Korea Utara pada hari Sabtu menuntut pemerintah Korea Selatan harus mengirim pekerja restoran perempuan Korea Utara kembali ke rumah mereka tanpa penundaan untuk menunjukkan kemauan untuk meningkatkan hubungan antar-Korea.
Selusin pekerja restoran Korea Utara datang ke Korea Selatan pada tahun 2016 dari China, dan Korea Utara telah mendesak untuk mengirim mereka kembali dengan mengklaim mereka diculik oleh Korea Selatan, meskipun Korea Selatan telah mengatakan 12 pekerja memutuskan untuk membelot dan ingin bebas atas kemauan mereka sendiri.
Lee Dong-bok, seorang peneliti di New Asia Research Institution mengatakan sebagian alasan untuk tuntutan repatriasi Korea Utara adalah untuk membagi opini publik Korea Selatan terhadap 12 pekerja.
"Itu juga untuk menekan pemerintahan Moon untuk menyetujui permintaannya, sehingga Korea Selatan dapat menjaga momentum untuk pertemuan KTT Korea Utara-AS," kata Lee.
- Penulis :
- Widji Ananta