
Pantau.com - Rencana divestasi saham perusahaan tambang nikel terbesar di Indonesia yakni PT Vale Indonesia Tbk ke pemerintah Indonesia masih menjadi pembahasan.
Terkait hal tersebut, Direktur Keuangan PT Antam Tbk, Dimas Wikan Pramuditho tak bisa memberikan pernyataan, sebab hal ini merupakan ranah perusahaan induk dari holding pertambangan.
"Sudah ada holding kan (yang menjalankan). Sudah liat divestasi PTFI dengan rating global bond, amount besar untuk first time issuer. Penunjang finansial kuat. Terkait vale ini ranah holding (PT Inalum)," ujarnya saat ditemui di Hotel Intercontinental, Jakarta Selatan, Senin (11/3/2019).
Baca juga: Penjualan Emas di 2018 Tertinggi Sepanjang Sejarah
Sebelumnya, rencana divestasi ini sempat dibahas usai Vale mengirimkan surat ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang memegang izin awal divestasi akhir Desember lalu.
Vale juga telah menawarkan 20 persen saham ke pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan mekanisme right issue.
Baca juga: Ini Alasan Orang Kaya Makin Kaya, Harta Kekayaan Tak Kena Pajak
Kendati demikian, Dimas tak menutup kemungkinan bahwa Antam akan turut terlibat dalam sinergi yang dilakukan oleh holding PT Inalum (Persero).
"Mandat dari holding ada 3, penguasaan cadangan strategis, sinergi (tidak tutup kemungkinan) kalau dilakukan kegiatan tersebut akan sinergi dalam member dan world class operator fortune 500," pungkasnya.
Perlu diketahui bahwa Vale S.A. merupakan sebuah perusahaan multinasional yang menghasilkan berbagai produk pertambangan. Didirikan pada tahun 1942. Berbasis di Rio de Janeiro. Perusahaan ini mempekerjakan 85.305 pegawainya pada tahun 2012.
Di Indonesia, pabrik tambang Vale berada di Sorowako. Vale di Indonesia dulunya bernama International Nickel Indonesia yang berdiri pada tahun 1968. Hasil tambang di perusahaan ini seperti nikel, besi, tembaga dan batubara.
- Penulis :
- Nani Suherni