
Pantau.com - Pemilihan anggota parlemen, yang dijadwalkan berlangsung di Provinsi Kandahar, Afghanistan selatan, ditunda satu minggu, Sabtu (20 Oktober 2018).
Jenderal Abdul Razeq, kepala kepolisian Kandahar, tewas di luar kantor gubernur pada Kamis saat seorang pengawal menembaki sekelompok pejabat. Penembakan itu terjadi ketika mereka meninggalkan pertemuan dengan Jenderal Scott Miller, komandan pasukan Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Afghanistan.
Miller tidak terluka, namun komandan badan intelijen wilayah tersebut tewas, sementara gubernur provinsi Kandahar cedera.
Baca juga: Menlu AS Mike Pompeo Kutuk Keras Serangan Bomber di Afghanistan
Walaupun jabatannya adalah kepala kepolisian provinsi, Razeq adalah salah satu tokoh politik paling berpengaruh di Afghanistan. Ia adalah penentang keras Taliban dan kewenangannya tidak tertandingi di wilayah bergolak selatan itu.
Keputusan untuk menunda pemilu di provinsi Kandahar diambil kendati sejumlah pejabat mengajukan keberatan. Mereka memperingatkan bahwa penundaan pemilihan akan mengganggu proses keseluruhan serta memberikan kemenangan bagi propaganda besar Taliban.
Pemilu pada Sabtu dilihat sebagai pengujian bagi kepercayaan dan kemampuan pemerintah dalam menyelenggarakan pemilihan umum di seluruh negeri menjelang pemilihan yang lebih penting pada April mendatang, yaitu pemilihan presiden.
Keterkejutan masyarakat Kandahar atas kematian Razeq berarti bahwa mereka "secara moral belum siap melakukan pemungutan suara", kata Hafizullah Hashimi, juru bicara Komisi Pemilihan Independen.
Baca juga: Calon Peserta Pemilu Afghanistan Tewas Akibat di Bom
Taliban pada Jumat kembali mengeluarkan peringatan agar masyarakat tidak mengikuti pemilihan. Kelompok itu meminta masyarakat untuk tinggal di rumah dan mengatakan bahwa pihaknya akan menghadang jalanan dan "mengawasi secara cermat semua perkembangan".
Serangan pada Kamis itu menggarisbawahi betapa keadaan di Afghanistan masih genting setelah negara itu didera peperangan selama 17 tahun.
Keadaan masih genting kendati Taliban dan pejabat Amerika Serikat telah memulai pembicaraan untuk menentukan landasan bagi perundingan perdamaian pada masa depan.
- Penulis :
- Widji Ananta