
Pantau.com - Presiden Hassan Rouhani mengatakan Iran terus memperkaya produksi uranium dibandingkan menyetujui perjanjian nuklir dengan kekuatan dunia pada 2015 pada Kamis, 16 Janurari 2020 waktu setempat.
Iran secara bertahap mengurangi komitmennya berdasarkan perjanjian nuklir yang ditandatangani oleh Amerika Serikat, China, Rusia, Jerman, Perancis, dan Inggris. Langkah ini sebagai balasan atas penarikan secara sepihak AS dari pakta tersebut pada tahun 2018 dan penerapan kembali sanksi yang menghancurkan.
"Kami memperkaya lebih banyak uranium sebelum kesepakatan tercapai. Tekanan telah meningkat di Iran tetapi kami terus berkembang," kata Rouhani dalam pidato yang disiarkan televisi.
Baca juga: Presiden Iran 'Kangkangi' Tawaran Perjanjian Nuklir Besutan Donald Trump
Seperti diberitakan oleh Al Jazeera, Rouhani juga menambahkan bahwa program nuklir berada dalam "situasi yang lebih baik" daripada sebelum kesepakatan nuklir ditandatangani.
Iran telah meningkatkan aktivitas nuklirnya setelah penarikan AS secara sepihak. Dan dalam beberapa bulan terakhir ini, Iran meningkatkan pengayaan uranium menjadi 4,5 persen.
Angka tersebut lebih tinggi dari batas 3,67 persen yang ditetapkan oleh perjanjian nuklir, tetapi jauh dari pengayaan 20 persen yang terlibat sebelum kesepakatan. Sebagai informasi, uranium harus diperkaya hingga 90 persen untuk digunakan dalam senjata nuklir.
Baca juga: Presiden Iran Hassan Rouhani: Pasukan Asing di Timteng Dalam Bahaya
Rouhani membela kesepakatan nuklir 2015 dalam pidatonya dengan mengatakan "Kami telah membuktikan dalam praktiknya bahwa kami dapat berinteraksi dengan dunia."
Awal pekan ini, Inggris, Prancis dan Jerman menantang Teheran untuk melanggar batas yang ditentukan dalam perjanjian dengan memicu "mekanisme perselisihan". Beberapa analis menyarankan itu bisa mencapai akhir perjanjian.
- Penulis :
- Kontributor NPW