
Pantau.com - Utang Pemerintah terus meningkat secara agresif sejak 2015. Peningkatan utang diklaim karena kebutuhan belanja infrastruktur yang menjadi prioritas kerja pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Rizal Taufikurahman membandingkan pengambilan utang untuk pembangunan infrastruktur antara negara-negara yang berhasil ataupun berakhir buruk.
Beberapa negara yang menggunakan utang untuk pembangunan infrastruktur namun tak bisa membayar di antaranya Angola, Nigeria, Zimbabwe, hingga Pakistan.
"Mereka membangun projek infrastruktur dengan utang, Apa yang terjadi? Mereka tidak bisa bayar utang. Apa yang terjadi lagi beberapa negara di antaranya Angola bahkan mengganti nilai mata uangnya, demikian juga Zimbabwe," ujarnya saat ditemui di Kantor INDEF, Jakarta Selatan, Rabu (21/3/2018).
Baca juga: 'Utang Luar Negeri Kecil Hubungannya dengan Pembangunan Infrastruktur'
Rizal bahkan memberikan contoh Srilanka yang menyerahkan pelabuhan karena tidak bisa membayar utang. "Bahkan yang lebih sadis lagi Srilanka tidak bisa membayar utang, diberikan pelabuhan untuk membayar utangnya. Khawatir, Indonesia juga mirip-mirip," paparnya.
Namun beberapa negara juga berhasil membangun infrastruktur dengan utang seperti Korea Selatan, Jepang dan China. Namun negara-negara itu membangun infrastruktur di sektor yang produktif.
"Ada yang sukses story Korsel, Jepang, dan China memang mereka utang tapi hebatnya mereka utang kemudian alokasi untuk infrastruktur sektor-sektor yang langsung bisa mendorong nilai tambah industri itu jadi itulah produktif namanya," katanya.
Baca juga: Pengamat Soal Utang Indonesia yang Membengkak: Jangan Bercita-cita Melunasinya
- Penulis :
- Widji Ananta