
Pantau.com – Perdagangan saham pada pekan ini hanya akan berlangsung selama 2 hari lantaran cuti Bersama Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah. Meski begitu, analis melihat potensial cuan pada enam saham. Apa saja?
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Senin (26/6/2023) dibuka melemah 0,21 poin atau 0,00 persen ke posisi 6.639,52. Sementara itu kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 0,01 poin atau 0,00 persen ke posisi 942,71.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Mino mengungkapkan sejumlah peluang cuan terkait pergerakan saham pekan ini yang menyisakan dua hari perdagangan jelang libur Iduladha 2023.
“Trader dihimbau memerhatikan sentimen domestik,” kata Mino dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (26/6/2023).
Sentimen dimaksud antara lain pendeknya hari perdagangan bursa saham, pertumbuhan jumlah uang beredar dan exdate dividen PT Bukit Asam Tbk (PTBA). “Sedangkan sentimen eksternal yakni perkembangan harga komoditas,” ungkap dia.
Terkait pertumbuhan jumlah uang beredar, dia menjelaskan, likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tetap tumbuh positif. Posisi M2 pada April tumbuh 5,50 persen secara tahunan (yoy) dari sebelumnya tumbuh 6,20 persen yoy.
Perkembangan tersebut terutama ditopang oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit/M1 sebesar 3,4 persen yoy. Perkembangan M2 April terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit yang tumbuh 8 persen yoy.
Dihadapkan pada sejumlah data dan sentimen tersebut Indo Premier merekomendasikan 6 saham untuk trading pada dua hari perdagangan pekan ini hingga 27 Juni 2023. Saham-saham tersebut adalah:
Secara teknikal, saham BBTN memiliki support di 1.270 dan resistance 1.380.
Saham ARTO memiliki support di 2.770 dan resistance 3.330.
Saham ICBP memiliki support di 11.000 dan resistance 11.450.
Saham INDF memiliki support di 7.200 dan resistance 7.425.
Saham ACES memiliki support di 630 dan resistance 700.
Saham AKRA memiliki support 1.450 dan resistance 1.550.
IHSG pada pekan lalu berbalik melemah sebesar 0,9 persen. Semua sektor pada pekan lalu mengalami pelemahan dengan pelemahan terbesar di sektor teknologi sebesar 4,3 persen, kesehatan 1,6 persen dan barang baku sebesar 1,1 persen. Sementara itu, pelemahan terkecil pada pekan lalu tercatat di sektor keuangan sebesar 0,1 persen.
Pada pekan lalu sentimen negatif lebih banyak datang dari eksternal, yakni testimoni Gubernur The Fed Jerome Powell, turunnya sebagian besar harga komoditas dan berlanjutnya aksi jual investor asing.
"Poin-poin penting testimoni dari Jerome Powell yakni bahwa usaha The Fed untuk mengendalikan inflasi belum selesai, masih adanya peluang tambahan kenaikan suku bunga acuan sebanyak dua kali masing-masing 25 bps dan kebijakan terkait suku bunga acuan akan dievaluasi berdasarkan perkembangan inflasi," tegas Mino.
Terkait turunnya sebagian besar harga komoditas, terang Mino, masih adanya peluang kenaikan suku bunga acuan menimbulkan kekhawatiran investor akan potensi tekanan terhadap perekonomian yang bisa berdampak pada permintaan komoditas.
Ia menambahkan penegasan masih adanya peluang kenaikan suku bunga acuan juga membuat nilai tukar dolar Amerika menguat terhadap mata uang utama lainnya dan menjadi tambahan katalis negatif di pasar komoditas.
Sentimen negatif selanjutnya yakni berlanjutnya aksi jual investor asing pada pekan lalu, dimana asing kembali mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp1.42 triliun (vs pekan sebelumnya Rp2.26 triliun). Beberapa saham yang terpantau paling banyak di lepas (net sell), yakni TLKM (Rp266 miliar), BBCA (Rp238 miliar), BBRI (Rp238 miliar).
"Dengan aksi jual tersebut maka dari awal tahun pembelian bersih investor asing berkurang menjadi Rp11.94 triliun dari sebelumnya Rp13.36 triliun," jelasnya.
Sementara itu, terdapat dua sentimen positif yang menahan IHSG tidak melemah tajam yakni dipertahankannya suku bunga acuan dan lebih tingginya pertumbuhan kredit perbankan. Mino menjelaskan sesuai dengan ekspektasi pasar Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga acuan untuk kelima kalinya secara berturut-turut di level 5.75 persen.
Menurut BI kebijakan tersebut sesuai dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali di kisaran 3± 1 persen hingga akhir tahun. Fokus kebijakan diarahkan pada stabilisasi nilai tukar rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor dan potensi rambatan dari ketidakpastian pasar keuangan global.
Terkait pertumbuhan kredit perbankan yang tinggi, imbuhnya, pada bulan Mei pertumbuhan kredit perbankan tercatat tumbuh 9,39 persen lebih tinggi dari sebelumnya 8,08 persen. Pertumbuhan kredit terjadi pada semua jenis kredit di sebagian besar sektor ekonomi, seperti sektor jasa dunia usaha, pertambangan, industri dan jasa sosial.
"Pertumbuhan kredit didorong oleh peningkatan permintaan sejalan kinerja korporasi yang tumbuh tinggi serta tersedianya likuiditas dan longgarnya standar penyaluran kredit atau pembiayaan perbankan," terang Mino.
Penyanggahan: Pelajari dengan teliti sebelum membeli atau menjual saham. Pantau.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Senin (26/6/2023) dibuka melemah 0,21 poin atau 0,00 persen ke posisi 6.639,52. Sementara itu kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 0,01 poin atau 0,00 persen ke posisi 942,71.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Mino mengungkapkan sejumlah peluang cuan terkait pergerakan saham pekan ini yang menyisakan dua hari perdagangan jelang libur Iduladha 2023.
“Trader dihimbau memerhatikan sentimen domestik,” kata Mino dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (26/6/2023).
Sentimen dimaksud antara lain pendeknya hari perdagangan bursa saham, pertumbuhan jumlah uang beredar dan exdate dividen PT Bukit Asam Tbk (PTBA). “Sedangkan sentimen eksternal yakni perkembangan harga komoditas,” ungkap dia.
Terkait pertumbuhan jumlah uang beredar, dia menjelaskan, likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tetap tumbuh positif. Posisi M2 pada April tumbuh 5,50 persen secara tahunan (yoy) dari sebelumnya tumbuh 6,20 persen yoy.
Perkembangan tersebut terutama ditopang oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit/M1 sebesar 3,4 persen yoy. Perkembangan M2 April terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit yang tumbuh 8 persen yoy.
Enam Saham Diunggulkan
Dihadapkan pada sejumlah data dan sentimen tersebut Indo Premier merekomendasikan 6 saham untuk trading pada dua hari perdagangan pekan ini hingga 27 Juni 2023. Saham-saham tersebut adalah:
Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN)
Secara teknikal, saham BBTN memiliki support di 1.270 dan resistance 1.380.
PT Bank Jago Tbk (ARTO)
Saham ARTO memiliki support di 2.770 dan resistance 3.330.
PT Indofood CBP Tbk (ICBP)
Saham ICBP memiliki support di 11.000 dan resistance 11.450.
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
Saham INDF memiliki support di 7.200 dan resistance 7.425.
PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES)
Saham ACES memiliki support di 630 dan resistance 700.
PT AKR Corporindo Tbk (AKRA)
Saham AKRA memiliki support 1.450 dan resistance 1.550.
Sentimen Negatif Pekan Lalu
IHSG pada pekan lalu berbalik melemah sebesar 0,9 persen. Semua sektor pada pekan lalu mengalami pelemahan dengan pelemahan terbesar di sektor teknologi sebesar 4,3 persen, kesehatan 1,6 persen dan barang baku sebesar 1,1 persen. Sementara itu, pelemahan terkecil pada pekan lalu tercatat di sektor keuangan sebesar 0,1 persen.
Pada pekan lalu sentimen negatif lebih banyak datang dari eksternal, yakni testimoni Gubernur The Fed Jerome Powell, turunnya sebagian besar harga komoditas dan berlanjutnya aksi jual investor asing.
"Poin-poin penting testimoni dari Jerome Powell yakni bahwa usaha The Fed untuk mengendalikan inflasi belum selesai, masih adanya peluang tambahan kenaikan suku bunga acuan sebanyak dua kali masing-masing 25 bps dan kebijakan terkait suku bunga acuan akan dievaluasi berdasarkan perkembangan inflasi," tegas Mino.
Terkait turunnya sebagian besar harga komoditas, terang Mino, masih adanya peluang kenaikan suku bunga acuan menimbulkan kekhawatiran investor akan potensi tekanan terhadap perekonomian yang bisa berdampak pada permintaan komoditas.
Ia menambahkan penegasan masih adanya peluang kenaikan suku bunga acuan juga membuat nilai tukar dolar Amerika menguat terhadap mata uang utama lainnya dan menjadi tambahan katalis negatif di pasar komoditas.
Sentimen negatif selanjutnya yakni berlanjutnya aksi jual investor asing pada pekan lalu, dimana asing kembali mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp1.42 triliun (vs pekan sebelumnya Rp2.26 triliun). Beberapa saham yang terpantau paling banyak di lepas (net sell), yakni TLKM (Rp266 miliar), BBCA (Rp238 miliar), BBRI (Rp238 miliar).
"Dengan aksi jual tersebut maka dari awal tahun pembelian bersih investor asing berkurang menjadi Rp11.94 triliun dari sebelumnya Rp13.36 triliun," jelasnya.
Dua Sentimen Positif
Sementara itu, terdapat dua sentimen positif yang menahan IHSG tidak melemah tajam yakni dipertahankannya suku bunga acuan dan lebih tingginya pertumbuhan kredit perbankan. Mino menjelaskan sesuai dengan ekspektasi pasar Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga acuan untuk kelima kalinya secara berturut-turut di level 5.75 persen.
Menurut BI kebijakan tersebut sesuai dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali di kisaran 3± 1 persen hingga akhir tahun. Fokus kebijakan diarahkan pada stabilisasi nilai tukar rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor dan potensi rambatan dari ketidakpastian pasar keuangan global.
Terkait pertumbuhan kredit perbankan yang tinggi, imbuhnya, pada bulan Mei pertumbuhan kredit perbankan tercatat tumbuh 9,39 persen lebih tinggi dari sebelumnya 8,08 persen. Pertumbuhan kredit terjadi pada semua jenis kredit di sebagian besar sektor ekonomi, seperti sektor jasa dunia usaha, pertambangan, industri dan jasa sosial.
"Pertumbuhan kredit didorong oleh peningkatan permintaan sejalan kinerja korporasi yang tumbuh tinggi serta tersedianya likuiditas dan longgarnya standar penyaluran kredit atau pembiayaan perbankan," terang Mino.
Penyanggahan: Pelajari dengan teliti sebelum membeli atau menjual saham. Pantau.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor.
- Penulis :
- Ahmad Munjin