Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Pakai Teknologi Preci-Rice, Pupuk Indonesia Optimalkan Produktivitas Padi di Subang

Oleh Tubagus Rachmat
SHARE   :

Pakai Teknologi Preci-Rice, Pupuk Indonesia Optimalkan Produktivitas Padi di Subang
Foto: Pakai Teknologi Preci-Rice, Pupuk Indonesia Optimalkan Produktivitas Padi di Subang. dok: PT Pupuk Indonesia

Pantau - PT Pupuk Indonesia (Persero) terus menunjukkan komitmennya untuk mendukung kemajuan pertanian Indonesia melalui program makmur atau “Mari Kita Majukan Usaha Rakyat” yang menerapkan teknologi pertanian presisi bernama Preci-Rice dalam budidaya padi di Desa Mekarjaya, Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Pada panen yang berlangsung pada 21 Oktober 2024, peningkatan hasil signifikan terlihat dengan produktivitas padi yang meningkat dari 10 ton per hektar menjadi 11 ton per hektar.

"Produktivitas padi di Subang memang sudah tinggi, jauh di atas rata-rata nasional. Alhamdulillah dengan teknologi Preci-rice, hasil panennya masih bisa dioptimalkan lagi. Ada kenaikan 8,54 persen," ungkap Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia Tri Wahyudi Saleh, sesuai dengan keterangan tertulis, Jumat (25/10/2024).

Ia menekankan dampak positif teknologi tersebut dalam meningkatkan hasil panen. Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa teknologi Preci-Rice adalah inovasi yang dikembangkan oleh Pupuk Indonesia untuk mendeteksi kandungan unsur hara tanah, yaitu nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) pada tanaman padi.

Dia mengungkapkan bahwa teknologi ini menggunakan drone yang dapat memberikan rekomendasi pemupukan yang cepat dan presisi sesuai dengan kebutuhan tanaman, sehingga proses pemupukan menjadi lebih efektif dan efisien.

Baca juga: Dukung Regenerasi Atlet, Pupuk Indonesia Gelar Kejuaraan Angkat Besi Junior 2024

Dalam kerja sama Program Makmur bersama Kelompok Tani Sumber Jaya di Desa Mekarjaya, Preci-Rice telah melakukan pemetaan pada lahan padi seluas 174 hektar.

Berdasarkan hasil pemetaan ini, rekomendasi pemupukan yang diberikan adalah sebanyak 368 kg NPK dan 189 kg Urea per hektar. Petani memanfaatkan 200 kg NPK dan 200 kg Urea pada usia tanaman 7 hingga 15 hari setelah tanam (HST), yang berasal dari alokasi pupuk subsidi berdasarkan RDKK pada tahap pemupukan pertama.

Karena hasil dari Drone Mapping Preci-Rice menunjukkan kebutuhan tambahan, rekomendasi pupuk non-subsidi seperti Nitrea sebanyak 100 kg, NPK Phonska Plus 150 kg, dan Nitrokal 50 kg ditambahkan pada pemupukan kedua di usia tanaman 25 hingga 30 HST.

"Kami melakukan pendampingan, kami melakukan drone mapping tentang kesuburan tanaman. Kami melihat unsur apa sih yang kurang dari tanaman di sini, sehingga para petani tidak sembarangan menebar pupuk," tambah Tri Wahyudi Saleh.

Ia menggambarkan peran pendampingan teknologi dalam membantu petani memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman secara tepat. Menurutnya edukasi ini sangat penting bagi petani.

Ia menambahkan bahwa jumlah anakan tanaman padi yang lebih banyak dan pemupukan presisi dapat meningkatkan hasil panen secara optimal, sehingga pendampingan teknologi ini memiliki dampak nyata.

Baca juga: Dua Tahun Absen, Pupuk Indonesia Kembali Alokasikan Pupuk Organik 500 Ribu Ton

Selain Preci-Rice, PT Pupuk Indonesia juga mendukung program dengan layanan Mobil Uji Tanah (MUT), yang digunakan untuk memeriksa kondisi hara tanah.

Jika Preci-Rice mendeteksi kebutuhan hara pada tanaman, MUT bertugas memeriksa kondisi hara di dalam tanah, menciptakan pendekatan pemupukan yang menyeluruh dan efisien.

Program Makmur sendiri merupakan ekosistem pertanian yang menyeluruh, mencakup proses on-farm dan off-farm. Secara nasional, Program Makmur Pupuk Indonesia telah melampaui target yang ditetapkan.

Pupuk Indonesia berperan memberikan pendampingan budidaya, sementara di Kabupaten Subang, program ini juga berkolaborasi dengan Bulog, ID FOOD, Sang Hyang Seri, ASKRINDO, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya untuk mendukung pengembangan sektor pertanian.

Hingga periode Januari hingga September 2024, realisasi luas lahan yang tergabung dalam program ini mencapai 368.324 hektar atau 136 persen dari target tahun 2024. Yaitu 350.000 hektar. Selain itu, program ini telah mencakup 145.928 petani binaan di berbagai daerah.

Direktur Pupuk dan Pestisida Kementerian Pertanian, Jekvy Hendra, turut hadir dalam panen tersebut. Ia menyampaikan bahwa tantangan besar yang dihadapi sektor pertanian saat ini adalah degradasi tanah dan penurunan produktivitas.

Teknologi dan pendampingan yang diberikan oleh Pupuk Indonesia, menurutnya, menjadi langkah konkret dalam menjawab tantangan tersebut.

"Pemupukan berimbang dengan memperhatikan kualitas tanah ini penting dilakukan, karena banyak di daerah-daerah di Indonesia yang kebablasan menggunakan pupuk. Di tempat lain ada yang menggunakan 800 kg/Ha padahal kebutuhannya hanya 175 kg/Ha." kata Hendra.

"Ada yang salah dalam penyampaian informasi, terima kasih sekali teman-teman Pupuk Indonesia yang telah menyiapkan teknologi untuk pemupukan presisi,” pungkasnya.

Penulis :
Tubagus Rachmat