
Pantau - Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang dilaksanakan mulai tanggal 30 Oktober-3 November 2024 hari ini. Bank Indonesia (BI) mencatat nilai transaksi pada gelaran tersebut mencapai Rp 1,85 triliun.
Nilai tersebut berasal dari komitmen kerja sama keuangan syariah sebesar Rp 1 triliun, komitmen dan realisasi pembiayaan Rp 641 miliar, serta komitmen dan realisasi perdagangan sebesar Rp 295 miliar.
Adapun jumlah pengunjung mencapai 1,43 juta orang, baik offline maupun online. Sementara itu, omzet penjualan ritel mencapai Rp 115 miliar.
Baca juga: Bank Indonesia dan Pemerintah Perkuat Sinergi Hadapi Tantangan Ekonomi Global"Kemudian juga dari kegiatan business matching maka ISEF 2024, alhamdulillah telah sukses mencatat hampir Rp 2 triliun berupa yang satu adalah komitmen dan realisasi pembiayaan sebesar Rp 641 miliar kedua komitmen dan realisasi perdagangan sebesar Rp 295 miliar dan yang ketiga komitmen kerjasama ekosistem keuangan syariah sebesar Rp 1 triliun," kata Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti
ISEF 2024 yang berlangsung pada 30 Oktober hingga 3 November 2024 dengan tema Sinergi untuk Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi Syariah Global, diikuti oleh 5.143 exhibitor yang memperoleh omzet Rp115 miliar dalam acara itu.“Selain deals tersebut, penjualan retail dalam empat hari kemarin itu mencatatkan kembali, alhamdulillah, angka yang fantastis. Dengan sekitar 5 ribu exhibitor di luar, maka total omset penjualan hanya empat hari ini, sampai malam kemarin sudah mencapai Rp115 miliar,” ujarnya pula.Ia menuturkan pencapaian tersebut didukung oleh kolaborasi dan sinergi semua pihak yang memberikan waktu, tenaga, dan juga dananya untuk membeli produk-produk ekonomi dan keuangan syariah.
Baca juga: Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Tumbuh Positif Ditopang KPR“ISEF 2024 ini bukan hanya menjadi wadah bagi pelaku ekonomi dan keuangan syariah untuk memasarkan produknya, tapi juga beberapa kegiatan yang tujuannya adalah mendorong akses pelaku ekonomi dan UMKM syariah khususnya terhadap pembiayaan dan pasar global melalui kegiatan business matching,” ujarnya.Menurut Destry, untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah global, maka sinergi, inovasi, digitalisasi, serta compliance terhadap syariah menjadi strategi penguatan ekosistem dan keuangan syariah Indonesia yang harus dilakukan secara lebih mendalam mulai saat ini sampai ke depannya.“Maka tentunya, visi Indonesia menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia dapat kita laksanakan melalui program-program yang tentunya kita telah susun bersama secara sistematis dan efisien,” ujarnya.Ia mengatakan BI, Kementerian Agama, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak bisa sendirian memperkuat ekosistem dan keuangan syariah, namun harus ada sinergi dan kolaborasi erat antarpemangku kepentingan termasuk dunia usaha.
Baca juga: Survei BI: Indeks Keyakinan Konsumen Turun di Level 123,5 di September 2024BI terus bersinergi dengan pemerintah, otoritas terkait, dan industri guna memperkuat ekonomi dan keuangan syariah yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.“Dalam rangka terus memperkuat ekonomi keuangan syariah kita, kita harus bersama-sama. Termasuk juga pelaku-pelaku bisnis kita di luar, pelaku-pelaku usaha syariah, mari kita bersama-sama, kita berjamaah. Karena memang ekosistem dari ekonomi dan keuangan syariah itu tidak bisa sendiri-sendiri. Dia harus bergerak secara bersama menciptakan ekosistem yang tentunya semuanya comply dengan syariah,” katanya pula.Rangkaian kegiatan dalam perhelatan ISEF ke-11 tersebut terdiri dari seminar atau talkshow bertaraf nasional dan internasional, business matching, International Halal Showcase, Tabligh Akbar, Muslim Travel Expo, Indonesia International Islamic School and Education Expo (IN2ISE), dan Halalicious Culinary Festival, serta rangkaian kompetisi.
Baca juga: BI: Provinsi Banten Alami Defisit Hortikultura Terbesar di Pulau JawaPenyelenggaraan ISEF 2024 telah didahului dengan kegiatan Road to ISEF dalam bentuk Festival Ekonomi Keuangan Syariah (Fesyar) sejak Mei hingga September 2024 di tiga wilayah, yakni wilayah Sumatera di Kepulauan Riau, Kawasan Timur Indonesia (KTI) di Sulawesi Tenggara, dan wilayah Jawa di Jawa Timur.
- Penulis :
- Wulandari Pramesti