Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Ditaksir Raih Kontrak Jumbo Makan Bergizi Gratis, Analis ‘Upgrade’ Target Harga Saham JPFA

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Ditaksir Raih Kontrak Jumbo Makan Bergizi Gratis, Analis ‘Upgrade’ Target Harga Saham JPFA
Foto: Ilustrasi - Pakan unggas produksi PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, emiten dengan kode saham JPFA. (japfacomfeed.co.id)

Pantau – Analis meng-upgrade target harga saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) menjadi Rp2.500 dari target sebelumnya di Rp2.100 per unit saham. Gimana, kamu tertarik enggak?

Target harga itu menunjukkan potensial upside alias cuan sebesar 29,5 persen dari harga Rp1.930 per unit saham per Rabu (11/12/2024). Angka itu juga lebih tinggi 10,6 persen dari target harga konsensus para analis sebesar Rp2.260. 

Pada perdagangan Jumat (13/12/2024), saham JPFA ditutup turun Rp10 (0,5 persen) ke posisi Rp1.950 per unit saham. Harga tertingginya di Rp1.980 dan terendah di Rp1.925. Jumlah lot yang ditransaksikan sebanyak 58,5 ribu senilai Rp11,4 miliar.

Analis Saham Senior NH Korindo Sekuritas Indonesia, Ezaridho Ibnutama merekomendasikan beli saham JPFA dengan target harga yang ditingkatkan menjadi Rp2.500 per unit saham.

“Kami mempertahankan peringkat beli dengan target harga yang di-upgrade ke Rp2.500 dari sebelumnya Rp2.100 per unit saham,” kata Ezaridho dalam riset yang diterbitkan NH Korindo Sekuritas Indonesia di Jakarta, dikutip Senin (16/12/2024).

Baca juga: Mentan SYL Gandeng PT. Japfa Tingkatkan Pemberdayaan Peternakan Rakyat, Petani Jagung dan Ekspor

Target haga itu, sambung dia, mencerminkan Price to Earning Ratio (PER) rata-rata 3 tahun sebesar 10 kali. 

“Melalui kolaborasi Japfa dengan pemerintahan Prabowo dalam melaksanakan uji coba program makan bergizi gratis (MBG), JPFA diperkirakan akan memperoleh kontrak Business-to-Government atau B2G yang signifikan dalam waktu dekat,” ungkap dia.

Secara fundamental, JPFA mencatatkan lonjakan penjualan tahun berjalan (Januari-September 2024) sebesar 9,30 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp41,28 triliun. 

segmen peternakan komersial masih mempunyai kontribusi besar, yakni 40,70 persen terhadap pendapatan. Itu diikuti oleh pakan ternak sebesar 26,32 persen, pengolahan unggas dan produk-produk konsumsi (15,25 persen).

Baca juga: Digandrungi Manajer Investasi, Pelemahan Overdosis Saham BBRI Jadi Peluang Cuan

Sementara budidaya perairan sebesar 8,35 persen, pembibitan unggas 5,70 persen, dan perdagangan serta lainnya sebear 3,68 persen.

Sedangkan Harga Pokok Penjualan yang akrab disebut Cost of Good Sold alias COGS mengalami pertumbuhan lebih lambat sebesar 4,68 persen secara tahunan menjadi Rp33,34 triliun. Ini dipicu biaya bahan baku yang hanya meningkat sebesar 2,7 persen secara tahunan menjadi Rp26,76 triliun.

Efisiensi yang lebih tinggi dicapai melalui perubahan SOP, harga jagung yang lebih murah, dan digitalisasi operasional. 

Kondisi itu menghasilkan Gross profit margin (GPM) atau margin laba kotor yang lebih tinggi yaitu 19,24 persen hingga September 2024 dibandingkan 15,68 persen di periode sama tahun 2023.

Baca juga: Masa Depan Bisnis dan Valuasi Bikin Saham ADRO Janjikan Cuan 61,8 Persen

Secara inheren, sambung dia, laba kotor juga meningkat 34,15 persen secara tahunan menjadi Rp7,94 triliun. Sedangkan laba bersih selama 9 bulan 2024 meningkat 125,82 persen year on year menjadi Rp2,25 triliun. 

“NPM (Net Profit Margin) juga membaik menjadi 5,44 persen dari 2,63 persen pada 9 bulan 2023,” ungkap dia.

Namun demikian, Ezaridho mengingatkan risiko fundamental bagi JPFA. Salah satunya adalah pemerintah yang berpeluang kembali menurunkan anggaran program MBG karena ada prioritas lain.

“Risiko lainnya adalah harga komoditas pangan yang mungkin akan meningkat seiring dengan ancaman perang dagang. Ini dapat menyebabkan inflasi yang mendorong tarif, dan virus flu burung dapat menyebar dan menyebabkan krisis pasokan unggas sehingga menyebabkan harga di pasar meroket,” imbuhnya.

Baca juga: Faktor ‘Window Dressing’ bakal Gairahkan Laju Saham GOTO

Sanggahan: Pelajari dengan teliti sebelum membeli atau menjual saham. Pantau.com dan analis yang merekomendasikan tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. 

Penulis :
Ahmad Munjin
Editor :
Ahmad Munjin