
Pantau – Di tengah kondisi pasar yang tidak menentu, reksa dana berbasis saham-saham royal dividen dinilai dapat menjadi pilihan. Salah satunya Premier ETF IDX High Dividend 20 (XIHD).
Community Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Angga Septianus merekomendasikan beli reksa dana saham XIHD.
“Reksa Dana Saham XIHD ini berisikan saham-saham berkapitalisasi besar,” katanya dalam riset mingguan dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (23/12/2024).
Saham-saham berkapitalisasi besar dimaksud adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).
Baca juga: 5 Tips Investasi Reksa Dana Saham Saat Pergerakan IHSG Lesu
Saham-saham itu, ditegaskan dia, terdapat dalam komposisi XIHD sehingga berpotensi memberikan dividen dengan yield cukup tinggi bervariasi antara 5-7 persen.
“Ketika kondisi tidak menentu maka dividen menjadi satu-satunya hal yang dapat diharapkan saat kondisi tidak menentu,” ungkap dia.
Dari sisi sentimen, lanjut Angga, saham-saham tersebut mendapat sejumlah katalis positif sehingga potensial berpengaruh positif juga pada kinerja reksa dana XIHD.
Salah satunya adalah penguatan rupiah yang ditopang oleh aksi beli investor asing yang masuk ke Indonesia. Ini menjadi indikator penting yang wajib diperhatikan dan dipantau para trader pada 3 hari perdagangan pekan ini, 23-27 Desember 2024, karena ada libur dan cuti Natal.
Baca juga: Reksa Dana Ini Suguhkan Cuan Mengesankan dengan Investasi Pasif
"Nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, terutama Dolar AS, menjadi indikator penting yang harus dipantau. Jika Rupiah berhasil menguat ke level 15.900 maka dapat memberikan dorongan positif bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) karena penguatan mata uang lokal biasanya meningkatkan kepercayaan investor," jelas Angga.
Angga pun optimistis investor asing kembali berinvestasi di Indonesia, terlebih setelah Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan di level 6 persen dan Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin.
"Penurunan suku bunga The Fed memperlebar selisih (spread) antara suku bunga di Indonesia dan Amerika Serikat, yang membuat investasi di Indonesia lebih menarik bagi investor asing," jelas dia.
Inflow asing ini juga, menurutnya, berpotensi tertopang momentum Window Dressing dan fenomena Santa Claus Rally.
Baca juga: Mendulang Cuan dari Saham dan Reksa Dana Pascastimulus Jumbo China
Diketahui, menjelang akhir tahun sejumlah Manajer Investasi (MI) sering melakukan ‘window dressing’ yaitu strategi mempercantik laporan keuangan dan portofolio untuk menarik investor.
Selanjutnya terkait fenomena Santa Claus Rally, pasar harga saham cenderung naik pada akhir tahun karena aktivitas belanja dan optimisme investor.
"Kedua faktor ini biasanya mendorong masuknya modal asing yang dapat memperkuat Rupiah dan mendukung kenaikan IHSG. Jadi, penguatan rupiah yang didukung oleh aksi beli asing, kebijakan moneter, dan fenomena pasar akhir tahun dapat menjadi katalis positif untuk IHSG dalam 3 hari perdagangan pekan ini,” imbuhnya.
- Penulis :
- Ahmad Munjin