Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Pemicu Koreksi IHSG Sepekan Terakhir? Analis Bocorkan Sentimen Domestik

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Pemicu Koreksi IHSG Sepekan Terakhir? Analis Bocorkan Sentimen Domestik
Foto: Arsip - Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Pantau - Berbagai sentimen dari domestik ditengarai menjadi pemicu koreksi tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sepekan terakhir.

Keputusan Morgan Stanley yang menurunkan peringkat saham MSCI Indonesia dari 'equal weight' menjadi 'underweight' merupakan salah satu pemicu utama tertekannya IHSG.

Lembaga ini menilai return on equity (ROE) saham-saham di Indonesia terus melemah, sementara pertumbuhan ekonomi masih stagnan.

Analis sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana seperti dikutip ANTARA di Jakarta, Jumat (28/2/2025).

Baca juga: Ini Alasan IHSG Babak Belur Pascapeluncuran Danantara

Menurut Ahli Strategi Morgan Stanley Jonathan Garner, investasi terhadap PDB Indonesia bergerak sideways sepanjang 2025, yang berisiko menekan penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan pendapatan.

“Akibatnya, investor global lebih memilih untuk mengalihkan portofolio mereka ke negara lain di ASEAN yang dinilai lebih prospektif,” ujar Hendra.

Lanjutnya, tekanan terhadap IHSG semakin diperparah oleh ketidakpastian pasar terhadap keberadaan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).

Ia menyebut, badan ini diharapkan mampu mengoptimalkan aset negara dan menarik investasi asing, namun masih banyak pertanyaan yang muncul terkait efektivitas dan transparansi pengelolaannya.

Baca juga: Pelemahan Bursa Asia Seret IHSG ke Zona Merah

“Investor tampaknya masih ragu apakah Danantara akan benar-benar menjadi katalis positif bagi perekonomian atau justru menambah risiko baru bagi stabilitas keuangan negara. Sentimen itu tercermin dari tekanan besar pada saham-saham perbankan, yang mayoritas melemah tajam,” ujar Hendra.

Di sisi lain, meskipun sentimen negatif mendominasi, menurutnya, kondisi ini juga membuka peluang bagi investor yang jeli dalam mencari saham berfundamental kuat dengan valuasi yang sudah lebih murah.

“Dalam kondisi seperti ini, strategi terbaik bagi investor adalah tetap selektif dalam memilih saham, menghindari kepanikan, dan fokus pada saham dengan prospek jangka panjang yang kuat,” ujar Hendra.

Dari mancanegara, sebagaimana diketahui, pelaku pasar tengah khawatir terhadap penerapan tarif oleh Amerika Serikat (AS) terhadap negara- negara mitra dagangnya.

Baca juga: Penerapan Tarif AS Bikin IHSG Tutup Pekan Berdarah-darah

Pada Rabu (26/02), Presiden AS Donald Trump mengindikasikan rencana untuk mempertimbangkan tarif timbal balik sebesar 25 persen pada mobil Eropa dan barang-barang lainnya.

Kemudian, Ia juga mengonfirmasi bahwa tarif pada Meksiko dan Kanada akan berlaku pada 2 April 2025, bukan pada batas waktu yang ditetapkan sebelumnya yaitu pada 4 Maret 2025.

Data penutupan perdagangan Bursa pada Jumat (28/02) sore, IHSG ditutup melemah 214,85 poin atau 3,31 persen ke posisi 6.270,60. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 27,76 poin atau 3,80 persen ke posisi 703,63.

Selama sepekan mulai dari Senin (24/02) sampai Jumat (28/02), IHSG tercatat terkoreksi sebesar 7,83 persen.

Baca juga: IHSG Ambruk Ditengarai Lantaran Dinamika Kebijakan Donald Trump

Penulis :
Ahmad Munjin