Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Bazar KURMA 2025 Dongkrak Ekonomi UMKM di Kepri

Oleh Pantau Community
SHARE   :

Bazar KURMA 2025 Dongkrak Ekonomi UMKM di Kepri
Foto: Pedagang mulai menata dagangan mereka di acara Kepulauan Riau Ramadhan Fair (KURMA) 2025 yang digelar di Tugu Sirih, Kota Tanjungpinang, dengan omzet meningkat hingga 100 persen.

Pantau - Puluhan anjungan UMKM berdiri di zona A Tugu Sirih, yang biasanya merupakan zona bebas aktivitas pedagang kecuali untuk acara tertentu seperti KURMA.

Jesica, pedagang Teh Poci, mengaku mampu menjual 50-150 cup per hari dengan harga Rp5.000 hingga Rp9.000, menghasilkan pendapatan Rp500 ribu hingga Rp1 juta per hari.

Dika, pedagang dimsum, mencatat omzet hingga Rp500 ribu per hari dengan harga Rp20 ribu per porsi. Pembelinya tidak hanya dari kalangan muslim tetapi juga warga Tionghoa non-muslim.

Para pedagang mengapresiasi bazar KURMA karena meningkatkan omzet hingga 100 persen dibanding hari biasa serta membantu promosi produk halal.

Bazar KURMA 2025 diinisiasi oleh Bank Indonesia (BI) bersama Komite Daerah Ekonomi Keuangan Syariah (KDEKS) dan didukung oleh Pemprov Kepri.

Acara ini berlangsung di dua lokasi: Kota Tanjungpinang pada 10-16 Maret 2025 dan Kota Batam pada 17-23 Maret 2025.

Selain bazar, KURMA juga menghadirkan UMKM Expo, Business Matching, Seminar Ekonomi Syariah, Layanan Sertifikasi Halal, Talkshow Literasi Keuangan Syariah, dan Festival Fashion Show.

KURMA 2025 dan Percepatan Ekonomi Syariah di Kepri

Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon membuka acara KURMA 2025 pada 10 Maret 2025 di Tugu Sirih.

Ia menyebut Kepri sebagai "melting pot" dengan keberagaman suku dan agama yang tetap harmonis serta mendukung ekosistem ekonomi syariah melalui KURMA.

KURMA dinilai strategis untuk percepatan ekonomi dan keuangan syariah di Kepri dengan menghubungkan UMKM, digitalisasi keuangan, dan literasi keislaman.

Perputaran transaksi UMKM selama KURMA meningkat dari Rp1 miliar pada 2024 menjadi Rp2,3 miliar pada 2025.

Kepala BI Kepri, Rony Widijarto P, menekankan peran UMKM syariah dalam menjaga stabilitas harga, menyerap tenaga kerja, dan bertahan dalam krisis ekonomi.

BI Kepri mendorong ekosistem halal dengan pendampingan UMKM, terutama produk olahan makanan khas laut Kepri, untuk meningkatkan daya saing ekspor.

Sebagai bagian dari digitalisasi ekonomi syariah, BI Kepri meluncurkan 1.000 QRIS Masjid untuk meningkatkan efisiensi transaksi ZISWAF secara digital di seluruh masjid Kepri.

Literasi ekonomi syariah di Indonesia meningkat dari 23,3 persen pada 2022 menjadi 42,48 persen pada 2024.

Kepri memiliki potensi besar dalam ekonomi syariah karena mayoritas penduduknya muslim serta berbatasan dengan Malaysia dan Singapura.

Konversi Bank Riau Kepri menjadi Bank Riau Kepri Syariah (BRKS) menjadi tonggak penting dalam pengembangan ekonomi syariah di Kepri.

Industri halal di Kepri berkembang pesat, terutama di sektor makanan, minuman, kosmetik, dan pariwisata halal.

Pariwisata halal di Kepri ditandai dengan berkembangnya usaha kuliner, budaya, dan objek wisata sejarah seperti Pulau Penyengat.

Kepri memiliki kawasan industri halal percontohan, Bintan Inti Halal Hub, sebagai pusat pengolahan produk halal.

Kepri menjadi salah satu dari 13 provinsi di Indonesia yang menyelenggarakan Ramadhan Fair sebagai bagian dari National Halal Fair.

Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) berencana menjadikan Ramadhan Fair sebagai event nasional untuk membangun ekosistem ekonomi syariah di seluruh provinsi.

Gubernur Kepri Ansar Ahmad mendukung KURMA sebagai ajang ekonomi dan promosi pariwisata daerah.

Perputaran ekonomi selama KURMA menunjukkan daya beli masyarakat tetap tinggi meskipun ada efisiensi anggaran pemerintah.

Pemprov Kepri menyalurkan pinjaman modal usaha sebesar Rp30,7 miliar sejak 2021 hingga 2024 kepada 1.409 UMKM syariah dengan margin bunga 0 persen.

Pemerintah optimistis KURMA 2025 akan memperkuat ekosistem ekonomi syariah di Kepri dan memberi manfaat bagi masyarakat serta pelaku usaha.

Penulis :
Pantau Community