HOME  ⁄  Ekonomi

Tarif Timbal Balik China-AS Meningkat, Bursa Global Rebound di Tengah Ketidakpastian

Oleh Pantau Community
SHARE   :

Tarif Timbal Balik China-AS Meningkat, Bursa Global Rebound di Tengah Ketidakpastian
Foto: Ketegangan tarif China-AS picu gejolak pasar global, IHSG dan bursa Asia ikut menguat

Pantau - Bursa global mengalami penguatan pada Kamis (10/4/2025) di tengah meningkatnya ketegangan tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China. China menaikkan tarif terhadap barang-barang AS menjadi 84%, sebagai balasan atas tarif 104% yang lebih dulu diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap produk China.

Bursa Asia dan IHSG Meroket

Kendati tensi perdagangan memanas, sejumlah indeks saham utama justru menguat, menunjukkan adanya sentimen optimisme jangka pendek dari pelaku pasar.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di posisi 6.270, lalu melonjak 305 poin atau 5,1% menjadi 6.273 pada pukul 09.00 WIB.
IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 6.310,82 dan terendah di 6.268,92 pada sesi pagi.

Shanghai Composite Index (SSEC) China menguat 1,48% ke level 3.233 dan masih bertahan di zona hijau pada 3.232 di pukul 09.39.

Dow Jones Index Future (DJIF) sempat menguat 0,03% ke level 40.848, namun terkoreksi ke 40.828 atau turun 0,02% pada pukul 09.39.

Penguatan juga tercatat di bursa Asia lainnya:

  • Nikkei 225 (Jepang): naik 8,32% ke 34.353
  • Hang Seng Index (Hong Kong): naik 3,76% ke 21.026
  • Straits Times Index (Singapura): naik 5,82% ke 3.591

Perang Tarif Berlanjut, Uni Eropa Pertimbangkan Balasan

Tarif balasan dari China mulai berlaku hari ini, Kamis (10/4), menggantikan tarif 34% yang ditetapkan pekan lalu. Ketegangan ini memicu kekhawatiran akan eskalasi perang dagang global.

Sementara itu, Uni Eropa juga disebut tengah mempertimbangkan tindakan balasan terhadap kebijakan tarif Trump.

Sikap AS dan Kritik terhadap China

Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyayangkan sikap China yang disebutnya tidak terbuka untuk bernegosiasi soal tarif baru tersebut.

Bessent menyebut China sebagai "pelanggar terburuk dalam sistem perdagangan internasional", dan menyatakan bahwa ekspor China ke AS lima kali lebih besar dibanding ekspor AS ke China.

Menurutnya, kebijakan tarif justru lebih merugikan China sebagai negara surplus perdagangan.

Meski menyebut hubungan pribadi Presiden Trump dengan Presiden Xi Jinping tetap baik, Bessent menekankan pentingnya rebalancing antara sektor manufaktur dan konsumsi domestik kedua negara.

Ia juga menyoroti pentingnya pertumbuhan di sektor riil yang dirasakan masyarakat luas, menyebut bahwa saat ini ada dorongan pertumbuhan di "Main Streets, bukan hanya di Wall Street."

Penulis :
Pantau Community