
Pantau - Nilai tukar rupiah dibuka menguat pada Selasa pagi, 5 Agustus 2025, sebesar 31 poin atau 0,19 persen ke posisi Rp16.370 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp16.401 per dolar AS.
Penguatan ini didorong oleh kombinasi sentimen domestik dan global, termasuk proyeksi positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia serta ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan India.
PDB Diproyeksikan Tumbuh 3,7 Persen
Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyatakan bahwa rupiah menguat karena optimisme investor terhadap potensi rebound produk domestik bruto (PDB) Indonesia kuartal II-2025.
Investor menantikan rilis resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dijadwalkan hari ini, dengan ekspektasi pertumbuhan mencapai 3,7 persen year-on-year, setelah sebelumnya ekonomi sempat terkontraksi -0,98 persen pada kuartal I.
Penguatan PDB didorong oleh sejumlah faktor utama, seperti:
- peningkatan belanja masyarakat saat Idul Fitri
- stimulus belanja negara
- peningkatan investasi swasta
- lonjakan permintaan ekspor
- dukungan kebijakan fiskal pemerintah
Lukman menilai bahwa pemulihan konsumsi domestik dan tren positif investasi menjadi katalis utama yang menopang kinerja ekonomi nasional.
Ketegangan AS–India dan Pelemahan Dolar Dukung Rupiah
Di sisi eksternal, ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan India turut memberikan tekanan terhadap dolar AS, sehingga memperkuat posisi rupiah.
Presiden AS Donald Trump mengancam akan menaikkan tarif impor terhadap India secara substansial dari tarif berlaku sebesar 25 persen, dengan tudingan bahwa India memperoleh keuntungan besar dari praktik penjualan ulang minyak Rusia.
Trump juga menandatangani perintah eksekutif pekan lalu yang menetapkan tarif tinggi terhadap negara mitra dagang yang belum menjalin kesepakatan perdagangan resmi dengan AS, termasuk India.
Kementerian Luar Negeri India menyebut tindakan AS sebagai kebijakan yang “tak dapat dibenarkan dan tak beralasan”, serta menuduh AS masih mengimpor produk Rusia seperti uranium heksafluorida dan pupuk.
Kondisi ini memicu kekhawatiran pasar global dan meningkatkan minat terhadap mata uang pasar berkembang seperti rupiah.
Data Buruk Tenaga Kerja AS Tekan Dolar
Tambahan tekanan terhadap dolar AS datang dari rilis data ketenagakerjaan Nonfarm Payrolls (NFP) AS untuk Juli 2025, yang jauh di bawah ekspektasi pasar.
NFP hanya mencatatkan 73 ribu lapangan kerja baru, dibanding proyeksi 106 ribu.
Data bulan Juni pun direvisi tajam dari 147 ribu menjadi hanya 14 ribu.
Sementara itu, tingkat pengangguran AS naik tipis ke 4,2 persen dari sebelumnya 4,1 persen, dengan total pengangguran tercatat di angka 7,2 juta orang.
Tingkat partisipasi angkatan kerja berada di level 62,2 persen.
Data yang lemah ini memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve kemungkinan akan menurunkan suku bunga pada pertemuan berikutnya, sehingga mengurangi daya tarik dolar dan mendorong penguatan mata uang regional, termasuk rupiah.
- Penulis :
- Aditya Yohan