billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Program Sapi Merah Putih Diluncurkan, Bappenas Pastikan Tanpa Dana APBN

Oleh Shila Glorya
SHARE   :

Program Sapi Merah Putih Diluncurkan, Bappenas Pastikan Tanpa Dana APBN
Foto: Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Rachmat Pambudy (memakai topi dan baju coklat) bersama para pemangku kepentingan lainnya saat foto bersama dalam acara Peluncuran Sapi Merah Putih di Lapangan Banteng, Jakarta (sumber: ANTARA/M. Baqir Idrus Alatas)

Pantau - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy menegaskan bahwa Program Sapi Merah Putih tidak menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Kolaborasi Lintas Lembaga dan Perbankan

Program ini merupakan hasil kerja sama antara Bappenas, Institut Pertanian Bogor (IPB), dan PT Moosa Genetika Farmindo, dengan dukungan pendanaan dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI).

Kerja sama ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara PT Moosa dan BRI terkait pemanfaatan layanan jasa perbankan.

"Di sini tidak pakai uang APBN. Ini bebas APBN," ujar Rachmat Pambudy usai peluncuran program di Lapangan Banteng, Jakarta.

Program Sapi Merah Putih bertujuan meningkatkan genetik sapi perah Indonesia dengan fokus pada sistem peternakan rakyat.

Rachmat, yang juga guru besar IPB di bidang agribisnis, menjadi penggagas inisiatif ini.

Ia menekankan pentingnya menjaga kepercayaan perbankan agar program berjalan baik, termasuk dengan menghadirkan skema asuransi.

"Kepercayaan bank juga harus dijaga dengan asuransi. Asuransi pun harus dijaga, jangan rugi," katanya.

Menurut Rachmat, kolaborasi ini menjadi contoh model gotong royong tanpa melibatkan APBN, di mana pendanaan bisa berasal dari masyarakat, UMKM, korporasi, hingga BUMN.

Harapan Peningkatan Produksi Susu Nasional

Inspirasi program ini disebut berasal dari Presiden RI, bahkan sejak sebelum Prabowo Subianto menjabat sebagai Presiden.

Prabowo memiliki gagasan revolusi putih untuk membangun generasi sehat dengan konsumsi susu, namun keterbatasan sapi perah nasional menjadi kendala.

Sejak tahun 1995, Rachmat telah mengembangkan gagasan pembiakan sapi kembar identik, dan kini tercatat sudah ada 120 sapi unggul hasil penelitian.

Ia rutin melaporkan perkembangan kepada Presiden, termasuk mengenai temuan teori transfer embrio untuk perbaikan genetik yang masih perlu diuji dan dipraktikkan.

Harapannya, Indonesia mampu menghasilkan sapi perah yang produktif, tahan penyakit, dan mampu beradaptasi dengan iklim tropis.

PT Moosa disebut memiliki kemampuan teknologi reproduksi hewan dan bioteknologi molekuler untuk mendukung program ini.

"Di RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2025-2030) disebutkan bahwa program Makan Bergizi Gratis, program Swasembada Pangan (yang) salah satunya adalah sapi perah, dan salah satu yang diharapkan oleh Bapak Presiden pada waktu kita memberikan makan bergizi adalah memberikan satu gelas susu," jelas Rachmat.

"Ketika saya laporkan kepada beliau (Presiden) ini sudah bisa produksi, tapi baru bibitnya, susunya belum. Kemudian dengan memproduksi sapi, maka kita harapkan susunya pun akan terpenuhi," tambahnya.

Kebutuhan susu nasional mencapai 4,5 juta ton per tahun, namun produksi dalam negeri baru sekitar 20 persen atau 0,9 juta ton, sementara sisanya 80 persen masih dipenuhi impor.

Populasi sapi perah di Indonesia sekitar 540 ribu ekor, dengan 80 persen dikelola peternakan rakyat yang rata-rata hanya menghasilkan 10–12 liter per ekor per hari, jauh di bawah potensi optimal.

Deputi Bappenas Leonardo A. A. Teguh Sambodo menyebut kerja sama dengan PT Moosa dan IPB diharapkan mampu mengejar ketertinggalan Indonesia dibanding negara lain.

Ia mencontohkan, India telah memulai perbaikan genetik sapi sejak 1970-an, Amerika Serikat sejak 1945, dan Tiongkok sejak 1980-an.

Dengan adanya kolaborasi ini, pemerintah berharap produksi susu nasional dapat meningkat signifikan seiring dengan kemajuan sektor peternakan sapi perah.

Penulis :
Shila Glorya