Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Dari Lumajang hingga Sukabumi: Inspirasi dari China Ubah Wajah Desa di Indonesia

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Dari Lumajang hingga Sukabumi: Inspirasi dari China Ubah Wajah Desa di Indonesia
Foto: (Sumber: Warga desa menghabiskan waktu luang mereka di sebuah paviliun di "Kali Sejuk" di Desa Purwosono, Provinsi Jawa Timur, pada 20 Agustus 2025. ANTARA/Xinhua/Ye Pingfan..)

Pantau - Desa Purwosono di Lumajang, Jawa Timur mengalami perubahan signifikan dalam dua tahun terakhir setelah Kepala Desa Hendrik Dwi Martono mengikuti Program Benchmarking Kepala Desa ke China pada 2023.

Program yang dimulai sejak 2019 ini menjadi jembatan pembelajaran tata kelola desa antara Indonesia dan China, menginspirasi kepala desa untuk menerapkan transformasi berbasis lingkungan, teknologi, dan partisipasi warga.

Purwosono Bangkit: Sungai Bersih, Kantor Desa Jadi Pusat Edukasi

Hendrik adalah satu dari lebih dari 100 kepala desa yang telah mengikuti program Benchmarking dan mengunjungi berbagai desa di China, termasuk Desa Dongziguan di Hangzhou.

"Karena kami melihat di China itu airnya bersih (dan) bagus, di sungai-sungai itu dibersihkan. Tenaga kebersihannya pakai perahu," ungkapnya.

Setelah kunjungan tersebut, ia langsung menggerakkan warganya untuk membersihkan sungai desa yang kemudian dinamai Kali Sejuk: Alam Desa Indonesia.

"Warga bergotong royong membersihkan sungai dan menjaga kelestarian lingkungan," ujarnya, sembari menegaskan bahwa air dan alam adalah sumber kehidupan.

Semangat transformasi tidak berhenti di sungai.

Hendrik merenovasi kantor desa dan menamainya "Istana Rakyat", menambahkan patung Garuda di pintu masuk dan memasukkan unsur nasionalisme ke dalam desainnya.

"Setelah mengunjungi kantor desa di China, saya menemukan bahwa kantor tersebut merupakan pusat pendidikan patriotik," katanya.

Ia berharap anak-anak yang melintasi kantor desa setiap hari akan menyerap nilai-nilai patriotisme secara tidak langsung.

Kantor desa kini juga dirancang sebagai pusat promosi dan edukasi, termasuk rencana pembangunan ruang pamer desa.

"Makanya kita lakukan ini. Sebenarnya kami tidak bisa melakukan hal yang luar biasa. Kita melakukan hal yang tidak biasa saja," tegas Hendrik.

Semangat Perubahan Menular hingga Sukajaya

Inspirasi dari China tak hanya dirasakan di Purwosono.

Di Sukajaya, Sukabumi, Jawa Barat, Kepala Desa Deden Gunaefi juga membawa perubahan besar setelah mengikuti program yang sama pada 2019.

"Ketika saya terpilih, (saya memikirkan) bagaimana mengubah desa ini menjadi desa yang harus maju," ungkap Deden.

Ia memulai transformasi dengan membentuk BUMDes dan memperbaiki infrastruktur dasar.

Namun, lompatan besar terjadi setelah ia menerapkan teknologi pertanian yang dipelajari di China.

"Di China, semacam pisang saja (ditempatkan) di dalam rumah kaca, greenhouse. Kita juga menerapkan rumah kacanya," jelasnya.

Kini, rumah kaca di Sukajaya dikembangkan dalam Kampung Melon, tempat edukatif yang memproduksi melon dan anggur hijau serta menarik wisatawan.

Teknologi penyiraman irigasi yang terhubung dengan smartphone juga diterapkan untuk efisiensi.

"Jadi, ketika tombol ditekan bisa pemupukan, penyiraman, dan mengatur suhu udara," tambah Deden.

Manajer Kampung Melon, Nurul Mukhlis, menyebut bahwa TK hingga SMA sering belajar langsung di sana.

"Melon di sini beda, spesial sekali rasanya itu. Itu yang jadi kebanggaan," ujarnya.

Dari Petani hingga Patriot, Potret Pemimpin Desa Masa Kini

Desa Purwosono yang terdiri dari empat dusun dan lebih dari 4.000 penduduk mayoritas petani, kini mulai dikenal dengan kebersihannya, inovasi lingkungannya, serta semangat nasionalisme yang dibangun dari akar rumput.

Hendrik aktif memantau kebutuhan warga, dari harga anak itik untuk 70 peternak, hingga menangani kasus pencurian ternak melalui rapat malam.

Ia juga membangun lebih dari 300 meter jalan semen dan bahkan membantu proses pernikahan warga yang menikah dengan pria Tionghoa.

"China berkembang pesat, tata kelola pedesaannya sangat baik, dan penggunaan teknologi tinggi semakin meluas. Meskipun kedua negara kita memiliki kondisi yang berbeda, meskipun kita tidak dapat mempelajari semuanya, kita dapat membuat kemajuan dengan memulai dari apa yang dapat kita lakukan," tutup Hendrik.

Ia berharap dapat kembali mengikuti program Benchmarking untuk terus membawa inspirasi baru bagi desanya dan Indonesia.

Penulis :
Ahmad Yusuf