Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Rupiah Melemah ke Rp16.726 per Dolar AS, Dipicu Data Ekonomi AS yang Lebih Kuat dari Perkiraan

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Rupiah Melemah ke Rp16.726 per Dolar AS, Dipicu Data Ekonomi AS yang Lebih Kuat dari Perkiraan
Foto: (Sumber: Petugas menghitung uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo, Melawai, Jakarta, Senin (15/9/2025). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/sgd/am.))

Pantau - Nilai tukar rupiah melemah pada pembukaan perdagangan Kamis, 25 September 2025, seiring dengan sentimen global yang dipengaruhi oleh data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari proyeksi.

Data Perumahan AS Tekan Rupiah, Potensi Pemangkasan Suku Bunga Kian Mengecil

Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menyampaikan bahwa pelemahan rupiah terutama dipicu oleh data sektor perumahan AS yang melampaui ekspektasi pasar.

Pada awal perdagangan di Jakarta, rupiah melemah 42 poin atau 0,25 persen menjadi Rp16.726 per dolar AS, dari sebelumnya Rp16.684 per dolar AS.

"Indikator sektor perumahan AS melampaui ekspektasi pada Agustus 2025, dengan Penjualan Rumah Baru naik menjadi 800 ribu dari 664 ribu dan Izin Mendirikan Bangunan meningkat menjadi 1,33 juta dari 1,31 juta, menunjukkan permintaan konsumen yang kuat," jelas Josua.

Kuatnya data perumahan memperkecil kemungkinan The Federal Reserve (The Fed) akan melakukan pemotongan suku bunga secara agresif dalam waktu dekat.

Meskipun data Purchasing Managers’ Index (PMI) AS dirilis lemah, pasar tidak memberikan respons signifikan karena indeks masih berada di atas 50 — yang berarti masih berada di zona ekspansi.

Pernyataan Pejabat The Fed Perkuat Sentimen Kehati-hatian

Pernyataan dari Presiden The Fed San Francisco, Mary Daly, juga turut membentuk sentimen pasar.

Daly menyebut bahwa meskipun pemangkasan suku bunga kebijakan mungkin masih diperlukan, langkah tersebut harus ditempuh dengan sikap hati-hati.

Sementara itu, Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, menyatakan keraguannya terhadap pemotongan suku bunga lebih lanjut, dengan alasan ketidakpastian arah inflasi ke depan.

"Komentar-komentar ini mengindikasikan bahwa beberapa anggota Federal Open Market Committee (FOMC) masih ragu-ragu untuk pelonggaran lebih lanjut," ujar Josua.

Kombinasi antara data ekonomi AS yang solid dan sikap hati-hati para pejabat The Fed membuat pasar memperkirakan bahwa kebijakan moneter ketat masih akan dipertahankan dalam waktu dekat, menambah tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

Penulis :
Aditya Yohan