Pantau Flash
HOME  ⁄  Food & Travel

Metropolitan Cathedral of Christ the King, Ikon Arsitektur Liverpool

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Metropolitan Cathedral of Christ the King, Ikon Arsitektur Liverpool
Foto: Katedral Metropolitan Liverpool atau Metropolitan Cathedral of Christ the King (citydays.com)

Pantau - Metropolitan Cathedral of Christ the King, yang dikenal luas sebagai "Paddy's Wigwam," adalah salah satu landmark paling ikonik di Liverpool. Dengan desain unik berupa beton putih menjulang dan menara kaca yang berkilauan, katedral ini menjadi bagian tak terpisahkan dari cakrawala kota. Dirancang oleh Sir Frederick Gibberd, katedral ini meraih status Grade II* sebagai pengakuan atas nilai arsitekturalnya.

Pengunjung dapat menjelajahi katedral ini setiap hari tanpa biaya masuk. Selain itu, mereka juga dapat menikmati keindahan Lutyens Crypt dan Treasury, yang dirancang oleh Sir Edwin Lutyens, menawarkan pengalaman mendalam akan sejarah dan seni.

Perjalanan Panjang Mewujudkan Katedral

Gagasan membangun Katedral Metropolitan Liverpool lahir pada pertengahan abad ke-19 untuk memenuhi kebutuhan spiritual komunitas Katolik yang terus berkembang, terutama sejak kedatangan imigran Katolik akibat Great Irish Famine. Namun, realisasinya memakan waktu lebih dari satu abad, dengan berbagai desain dan tantangan yang dihadapi sepanjang jalan.

Baca juga: Penny Lane, Jejak Nostalgia The Beatles di Liverpool

Desain Pugin: Awal yang Terhenti

Pada 1853, Bishop Alexander Goss menunjuk Edward Welby Pugin, seorang arsitek terkemuka dalam gerakan Gothic Revival, untuk merancang katedral ini. Pugin berhasil menyelesaikan Kapel Lady pada 1856, yang kemudian dinamai Our Lady Immaculate. Sayangnya, proyek ini terhenti akibat keterbatasan dana, yang akhirnya dialihkan untuk membangun gereja paroki, sekolah, dan panti asuhan.

Desain Lutyens: Mimpi yang Terbengkalai

Pada 1930, Sir Edwin Lutyens merancang sebuah katedral megah dengan kubah raksasa yang direncanakan lebih besar dari St. Peter's Basilica di Vatikan. Konstruksi dimulai pada 1933 dengan dukungan finansial dari komunitas Katolik pekerja Liverpool. Namun, Perang Dunia II dan lonjakan biaya konstruksi membuat proyek ini dihentikan pada 1941, hanya menyisakan bagian crypt yang selesai dibangun.

Desain Gibberd: Sebuah Terobosan

Setelah beberapa desain gagal diwujudkan, Sir Frederick Gibberd memenangkan kompetisi desain pada 1959. Desainnya berbentuk lingkaran dengan altar di tengah dan menggunakan atap crypt sebagai dasar. Dibangun dalam waktu lima tahun, katedral ini akhirnya dikonsekrasi pada 14 Mei 1967, menjadikannya simbol modernitas sekaligus pencapaian spiritual di Liverpool.

Baca juga: Menjelajahi Fontainebleau, Keindahan Sejarah dan Alam di Prancis

Eksterior dan Interior yang Memukau

Katedral ini menampilkan beton dengan lapisan batu Portland dan atap aluminium. Desainnya melingkar, dikelilingi 13 kapel, dengan menara kaca berwarna hasil karya John Piper dan Patrick Reyntiens. Saat malam, cahaya yang terpancar dari menara memberikan tampilan magis pada struktur ini.

Di dalam, altar marmer putih dari Skopje, Makedonia Utara, menjadi pusat perhatian. Dikelilingi oleh sembilan kapel, termasuk Blessed Sacrament Chapel dan Lady Chapel, interiornya diperkaya dengan seni kaca patri serta patung karya seniman seperti Elisabeth Frink dan Margaret Traherne. Lantai marmer rancangan David Atkins melengkapi keindahan ruangan.

Crypt: Jejak Desain Lutyens yang Abadi

Crypt adalah bagian dari desain asli Lutyens yang tetap menjadi elemen penting dalam katedral. Dibangun dari bata dan granit, crypt ini kini memiliki fungsi multifungsi, seperti menjadi lokasi Liverpool Beer Festival dan ruang ujian bagi mahasiswa Universitas Liverpool. Renovasi senilai £3 juta pada 2009 meningkatkan fasilitas dan aksesibilitasnya, menjadikannya salah satu ruang bawah tanah paling menarik di Inggris.

Baca juga: Pesona Paris saat Natal, Berikut 10 Aktivitas Liburan yang Tak Boleh Dilewatkan

Organ Katedral: Perpaduan Seni dan Teknologi

Organ katedral, yang dirancang oleh J.W. Walker & Sons, selesai menjelang peresmian pada 1967. Dengan pipa zinc dan trompet kuningan, instrumen ini dirancang untuk menonjolkan kontras visual dengan beton katedral, sekaligus memberikan pengalaman akustik yang luar biasa.

Komunitas dan Warisan

Metropolitan Cathedral of Christ the King tidak hanya menjadi tempat ibadah tetapi juga pusat komunitas yang menyatukan berbagai kepercayaan dan budaya. Keberadaannya mencerminkan semangat, dedikasi, dan ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan untuk menciptakan mahakarya arsitektur yang berfungsi sebagai simbol iman dan persatuan.

Hari ini, katedral ini bukan hanya rumah bagi komunitas Katolik Liverpool, tetapi juga tujuan wisata utama yang mengundang kekaguman dari pengunjung lokal maupun internasional.

Penulis :
Latisha Asharani
Editor :
Latisha Asharani