Pantau Flash
HOME  ⁄  Food & Travel

Pesona Arsitektur dan Sejarah Masjid Sultan di Singapura

Oleh Annisa Indri Lestari
SHARE   :

Pesona Arsitektur dan Sejarah Masjid Sultan di Singapura
Foto: Masjid Sultan di Singapura. (Annisa Indri Lestari)

Pantau - Masjid Sultan, bangunan yang bertajuk dua kubah emas ini disebut-sebut sebagai masjid tertua di Singapura. Meskipun mungkin namanya kurang populer, kamu tidak akan kesulitan untuk menemukannya. Tempat ibadah ini bisa dijumpai di kawasan Melayu, Kampung Glam. Hanya beberapa meter jaraknya dari Victoria Street dan Ophir Road serta stasiun MRT Bugis.

Baca : Haji Lane: Surga Belanja Trendy di Kampong Glam, Singapura

Berdiri di atas lahan seluas 4.109 meter persegi, kompleks ibadah umat Islam ini bisa menampung lima ribu orang jamaah. Bahkan, kapasitasnya bisa melampaui itu ketika sekat-sekat ruangannya dilipat serta bagian aula dilibatkan. Biasanya, daya tampung itu ditambah pihak pengelola menjelang penyelenggaraan, semisal, shalat Jumat atau shalat hari raya.

Pembangunan masjid ini berlangsung antara tahun 1824 dan 1826. Pihak inisiatornya ialah para pedagang di kawasan Glam, khususnya kaum saudagar asal Jawa. Semula, bentuk tempat ini menyerupai masjid-masjid Nusantara pada umumnya. Atapnya berbentuk limas dan bersusun tiga.

Baca : Lima Masjid Megah di Indonesia

Mengutip dari VisitSingapore, saat dibangun pada tahun 1824 untuk Sultan Hussein Shah, sultan pertama di Singapura. Sir Stamford Raffles, pendiri Singapura, memberikan $3.000 untuk konstruksi gedung satu lantai dengan atap dua lapis.

Seratus tahun kemudian, masjid tua ini memerlukan perbaikan. Masjid yang kamu lihat saat ini didesain oleh Denis Santry dari Swan and Maclaren, firma arsitektur tertua di Singapura, dan dibangun kembali pada tahun 1932.

Sedikit sekali yang mengetahui bahwa pada masa rekonstruksi, North Bridge Road dipaksa untuk dibelokkan mengitari masjid dan diperpanjang sampai Arab Street.

Jika berada di sana, lihatlah lebih dekat kubah berbentuk bawang. Setiap dasar kubah didekorasi dengan ujung botol kaca yang disumbangkan oleh umat Muslim yang kurang mampu selama masa pembangunannya, tidak hanya umat yang kaya saja yang dapat berkontribusi.

Dikukuhkan sebagai monumen nasional pada tahun 1975, masjid tersebut merupakan titik utama masyarakat Muslim sampai dengan saat ini. Jika kamu berada di sana selama bulan Ramadan, bulan puasa bagi umat Muslim, pergilah ke pasar malam di area tersebut dan temukan banyak gerai makanan.

Penulis :
Annisa Indri Lestari