
Pantau - Penggunaan kecerdasan buatan (artificial intellegence/AI) untuk mendiagnosis kasus influenza semakin meluas di Jepang. Klinik-klinik di seluruh Jepang sepanjang tahun ini sangat sibuk karena puncak musim flu biasanya terjadi pada awal Februari.
Dikutip dari Asahi Shimbun, Selasa (6/2/2024), Institut Nasional Penyakit Menular menyebutkan bahwa kasus influenza telah meningkat dalam beberapa minggu terakhir. Dalam seminggu hingga 28 Januari, jumlah kasus yang dilaporkan oleh sekitar 5.000 institusi medis di seluruh negeri adalah 94.694, atau 19,2 per institusi. Jumlah tersebut lebih tinggi dari minggu sebelumnya.
Alhasil semakin banyak klinik yang beralih ke metode diagnosis baru yang memanfaatkan AI ini dengan cara mengambil sampel dari bagian belakang hidung dengan usapan.
Menurut para ahli penyakit influenza, metode baru ini menggunakan kamera kecil yang dilengkapi dengan AI, yang digunakan untuk mengambil gambar bagian dalam tenggorokan. Alat AI mengevaluasi gambar berdasarkan apa yang telah dipelajari dari lebih dari 500.000 gambar tenggorokan lainnya, dan menentukan apakah tenggorokan memiliki folikel influenza.
Hebatnya lagi, seluruh proses ini hanya membutuhkan waktu beberapa detik sehingga dokter membuat keputusan akhir setelah berbicara dengan pasien.
Sebuah klinik di Prefektur Saitama yang menggunakan peralatan diagnosis flu dengan bantuan AI mengatakan bahwa metode ini populer di kalangan pasien yang tidak menyukai penyeka hidung. Para pejabat mengatakan bahwa metode baru ini memungkinkan diagnosis yang cepat, karena folikel influenza dikatakan muncul pada tahap awal infeksi.
Dan tidak perlu khawatir, diagnosis dengan menggunakan peralatan ini ditanggung oleh skema asuransi kesehatan masyarakat.
[Sumber: Asahi Shimbun]
- Penulis :
- Abdan Muflih