billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Menjelang Perundingan Nuklir Iran-Eropa di Turki, Seruan Kepatuhan NPT Kembali Menguat

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Menjelang Perundingan Nuklir Iran-Eropa di Turki, Seruan Kepatuhan NPT Kembali Menguat
Foto: (Sumber: Ilustrasi - Fasilitas nuklir Iran. ANTARA/Anadolu/py/am.)

Pantau - Jelang perundingan nuklir antara Iran dan tiga negara Eropa di Istanbul pada 25 Juli 2025, pernyataan tokoh fisikawan Isidor Rabi dalam film Oppenheimer (2023) kembali relevan, bahwa bom nuklir tidak membedakan yang bersalah atau tidak, dan seharusnya bukan puncak dari perkembangan fisika modern.

Iran Sepakati Negosiasi Baru dengan Tiga Negara Eropa

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, mengonfirmasi bahwa Iran menerima tawaran perundingan lanjutan dari Inggris, Jerman, dan Prancis yang tergabung dalam kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Negosiasi dijadwalkan berlangsung di Istanbul, Turki, pada 25 Juli 2025, menyusul meningkatnya kekhawatiran negara-negara Barat terkait program nuklir Iran.

Kesepakatan JCPOA awalnya ditandatangani oleh Iran bersama negara-negara P5+1 (AS, Inggris, Prancis, Rusia, China, dan Jerman) pada 2015 untuk menjamin bahwa program nuklir Iran tetap bersifat damai.

Meskipun Amerika Serikat telah keluar dari JCPOA pada 2018 di bawah pemerintahan Donald Trump, negara-negara Eropa tetap mempertahankan jalur diplomasi.

Iran Tegaskan Komitmen Sipil dan Tuntut Keadilan Global

Iran secara konsisten menyatakan bahwa program nuklirnya adalah untuk keperluan sipil dan riset, bukan untuk senjata.

Sebagai negara penandatangan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT), Iran telah menjalani pengawasan ketat dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), yang sejauh ini belum pernah menemukan bukti bahwa Iran mengembangkan senjata nuklir.

Namun demikian, Iran masih terus menerima sanksi ekonomi dan tuduhan dari negara-negara Barat, terutama di tengah rivalitas regional dengan Israel dan negara-negara Teluk.

Kondisi ini memperburuk ketegangan di kawasan, meskipun Iran secara terbuka menyatakan komitmennya terhadap perjanjian internasional.

Pengamat menyebut bahwa tuduhan terhadap Iran lebih banyak bersumber dari konflik masa lalu dan kepentingan geopolitik, bukan bukti teknis.

Indonesia dinilai memiliki posisi strategis dalam mendorong kepatuhan universal terhadap NPT dan mendesak agar seluruh negara, termasuk Israel yang belum menjadi anggota NPT, tunduk pada mekanisme verifikasi IAEA demi mencegah ketimpangan dan potensi perlombaan senjata di kawasan.

Penulis :
Aditya Yohan