billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Trump dan Von der Leyen Umumkan Kesepakatan Dagang Bersejarah, Eropa Gelisah

Oleh Leon Weldrick
SHARE   :

Trump dan Von der Leyen Umumkan Kesepakatan Dagang Bersejarah, Eropa Gelisah
Foto: Bendera Uni Eropa berkibar di luar Gedung Berlaymont, kantor pusat Komisi Eropa, di Brussels, Belgia (sumber: Xinhua/Meng Dingbo)

Pantau - Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada Minggu, 27 Juli 2025, mengumumkan kesepakatan perdagangan baru antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) yang disebut Gedung Putih sebagai "bersejarah".

Detail Kesepakatan Perdagangan

Berdasarkan perjanjian tersebut, UE akan membeli produk energi dari AS senilai 750 miliar dolar AS dan meningkatkan investasi di AS sebesar 600 miliar dolar AS.

Dokumen yang dirilis Gedung Putih menunjukkan sebagian besar ekspor UE ke AS, termasuk farmasi, mobil dan suku cadangnya, serta semikonduktor, dikenakan tarif 15 persen.

Sementara itu, produk baja, aluminium, dan tembaga dari Eropa yang diekspor ke AS tetap dikenakan tarif sebesar 50 persen.

Gedung Putih menyebut kesepakatan ini sebagai "modernisasi aliansi transatlantik lintas generasi".

Kritik Tajam dari Eropa

Perdana Menteri Prancis Francois Bayrou menyebut Minggu sebagai "hari yang kelam" bagi UE karena telah memilih untuk "tunduk".

Kanselir Jerman Friedrich Merz menegaskan perjanjian itu akan sangat merugikan perekonomian Jerman karena tarif menambah beban serius pada ekonomi yang berorientasi ekspor.

Ketua Komite Perdagangan Internasional Parlemen Eropa, Bernd Lange, memperingatkan kesepakatan itu dapat merusak stabilitas ekonomi dan jaminan kerja di UE, menyebutnya "tidak memuaskan" dan "sangat tidak seimbang".

"Ini kesepakatan yang timpang. Jelas, konsesi yang dibuat sulit untuk ditanggung," ungkap Lange.

Ia menambahkan, "Secara keseluruhan, kesepakatan ini akan berkontribusi pada pelemahan pembangunan ekonomi UE dan merugikan produk domestik brutonya".

Menteri Keuangan Finlandia Riikka Purra juga melontarkan kritik tajam, menilai perjanjian tampak sangat tidak seimbang meski UE bernegosiasi dari posisi lemah.

Purra meragukan legitimasi komitmen keuangan hingga 1,3 triliun dolar AS yang dijanjikan, menyebutnya sebagai "pemanis" yang menyertai perjanjian tersebut, dan mempertanyakan mandat yang digunakan untuk menegosiasikannya.

Profesor Julian Hinz dari Kiel Institute for the World Economy memperingatkan perjanjian ini berisiko merusak sistem perdagangan global berbasis aturan.

"Meski UE dapat mencegah perang dagang dalam jangka pendek, pihaknya membayar harga yang mahal dalam jangka panjang dengan mengabaikan prinsip-prinsip sistem perdagangan dunia multilateral berbasis aturan dari Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO), yang telah berperan penting dalam menjamin kemakmuran Eropa hingga saat ini," ujarnya.

Presiden Institut Ifo di Munich, Clemens Fuest, menyebut kesepakatan perdagangan itu sebagai penghinaan bagi UE dan mencerminkan ketidakseimbangan kekuatan.

"Masyarakat Eropa perlu bangkit, lebih berfokus pada kekuatan ekonomi mereka, dan mengurangi ketergantungan militer serta teknologi pada AS. Setelah itu, mereka bisa bernegosiasi ulang," ungkap Fuest.

Penulis :
Leon Weldrick