
Pantau - Pemerintah Singapura menyatakan siap secara prinsip untuk mengakui Negara Palestina dalam pernyataan resmi yang disampaikan dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Palestina di New York.
Langkah ini dinilai sebagai bagian dari komitmen Singapura untuk mendukung perdamaian jangka panjang dan mendorong terwujudnya solusi dua negara yang adil dan berkelanjutan.
Dukung Solusi Dua Negara dan Akhiri Konflik Berkepanjangan
Deputi Sekretaris Asia Pasifik Kementerian Luar Negeri Singapura Cheok menyampaikan bahwa negaranya secara konsisten mendukung hak rakyat Palestina atas tanah air mereka berdasarkan prinsip-prinsip solusi dua negara.
"Singapura telah secara konsisten mendukung hak rakyat Palestina atas tanah airnya berdasarkan solusi dua negara yang dirundingkan, konsisten dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB terkait," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa pengakuan terhadap Palestina merupakan satu-satunya cara untuk mengakhiri konflik berkepanjangan secara komprehensif.
"Untuk itu, kami menyatakan siap secara prinsip untuk mengakui Negara Palestina," kata Cheok.
Selain menyatakan dukungan politik, Singapura juga mengungkapkan niatnya untuk terlibat dalam proses pemulihan pascakonflik di Jalur Gaza.
Siap Bantu Pemulihan Gaza dan Desak Israel Hentikan Blokade
Singapura menyatakan kesiapannya untuk ikut berpartisipasi dalam rekonstruksi Gaza setelah tercapainya gencatan senjata permanen.
Salah satu bentuk kontribusi yang dipertimbangkan adalah pengiriman tim medis ke wilayah Gaza guna membantu pemulihan warga sipil yang terdampak konflik.
Cheok juga menyerukan kepada otoritas Israel agar segera mengakhiri semua pembatasan atas pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.
" Kami menyerukan otoritas Israel supaya segera mengakhiri semua pembatasan pengiriman bantuan kemanusiaan yang sangat mendesak diperlukan," tegasnya.
Ia mendorong agar Israel dan Palestina kembali ke meja perundingan untuk mencari solusi damai yang adil dan permanen.
Sementara itu, agresi militer Israel ke Jalur Gaza masih terus berlangsung meskipun banyak desakan internasional untuk menghentikan serangan.
Sejak Oktober 2023, lebih dari 60.000 orang dilaporkan menjadi korban jiwa akibat pengeboman dan serangan berskala besar.
Selain kerusakan infrastruktur yang masif, blokade yang diberlakukan oleh Israel menyebabkan kelangkaan bantuan kemanusiaan, minimnya pasokan pangan, dan kematian akibat kelaparan.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf
- Editor :
- Ahmad Yusuf