
Pantau - Kamboja secara resmi meminta Thailand untuk segera membebaskan 20 tentaranya yang masih ditahan pascagencatan senjata antara kedua negara mulai diberlakukan pada 28 Juli 2025.
Permintaan tersebut disampaikan oleh Letnan Jenderal Maly Socheata, Wakil Sekretaris Negara dan Juru Bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, dalam konferensi pers pada Kamis, 31 Juli 2025.
"Sejauh ini, kami telah menerima satu tentara yang tewas. Kami meminta pihak Thailand agar memulangkan 20 personel militer ke Kamboja sesegera mungkin," ungkapnya.
Kronologi Penahanan dan Respons Thailand
Penahanan terjadi pada Selasa, 29 Juli 2025 pukul 07.30 waktu setempat, ketika militer Thailand menangkap 21 tentara Kamboja di wilayah perbatasan.
Militer Thailand menyatakan bahwa para tentara yang ditahan akan dipulangkan, namun harus terlebih dahulu melalui proses hukum sesuai ketentuan yang berlaku di Thailand.
Pihak militer Thailand juga menegaskan bahwa seluruh personel Kamboja yang ditahan diperlakukan sesuai dengan hukum internasional.
Latar Belakang Konflik dan Upaya Perdamaian
Sebelumnya, pada 24 Juli 2025, terjadi bentrokan bersenjata antara pasukan militer Thailand dan Kamboja di wilayah perbatasan, yang menyebabkan ketegangan antarnegara meningkat.
Guna meredam konflik, kedua negara menyepakati gencatan senjata secara segera dan tanpa syarat pada Senin, 28 Juli 2025, yang mulai berlaku pada tengah malam hari itu juga.
Kesepakatan tersebut disaksikan langsung oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim di Putrajaya, Malaysia, antara Pejabat Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai dan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet.
Kamboja menyatakan telah melakukan perundingan lebih lanjut dengan Thailand mengenai nasib tentaranya, dengan bantuan Malaysia sebagai ketua ASEAN saat ini yang bertindak sebagai mediator.
- Penulis :
- Leon Weldrick