
Pantau - Seorang pemimpin senior Hamas menyatakan bahwa kelompoknya tetap berkomitmen pada perjanjian gencatan senjata yang telah disepakati dengan Israel serta mendukung penuh upaya rekonstruksi wilayah Gaza pascakonflik.
Pernyataan ini disampaikan oleh Zahir Jabarin, Kepala Hamas di Tepi Barat, dalam pidato yang disiarkan di televisi pada Kamis, 16 Oktober 2025.
"Kami menegaskan bahwa Hamas berkomitmen untuk melaksanakan perjanjian tersebut, yang menjamin berakhirnya perang, perlindungan bagi rakyat kami dari agresi, dan dimulainya pembangunan kembali," ungkapnya.
Ia juga menolak campur tangan asing dalam urusan Palestina.
"Kami menolak segala bentuk pengawasan internasional terhadap rakyat kami. Sudah waktunya rakyat Palestina diberikan hak mereka untuk menentukan nasib sendiri dan mendirikan negara yang merdeka," ia menegaskan.
Pertukaran Tahanan dan Sandera
Sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata, Hamas telah membebaskan 20 sandera Israel yang masih hidup dan menyerahkan jenazah dari 10 sandera lainnya.
Sebagai imbal balik, Israel membebaskan hampir 2.000 tahanan Palestina.
Perjanjian ini dicapai pada pekan sebelumnya dan dirancang berdasarkan inisiatif yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Fase pertama dari perjanjian ini mencakup pertukaran sandera dan tahanan.
Rencana tersebut juga memuat langkah-langkah awal pembangunan kembali Gaza serta pembentukan pemerintahan baru yang tidak melibatkan Hamas.
Serangan dan Dampaknya di Gaza
Zahir Jabarin memperingatkan bahwa penahanan berkelanjutan terhadap para tahanan Palestina akan terus memicu konflik berkepanjangan.
Ia menyebut isu tahanan sebagai bagian dari nilai perjuangan moral dan nasional rakyat Palestina yang diwariskan lintas generasi.
Sejak Oktober 2023, serangan militer Israel telah menyebabkan hampir 68.000 warga Palestina di Gaza tewas, mayoritas di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Serangan intensif tersebut telah menjadikan Gaza sebagai wilayah yang nyaris tidak layak huni.
- Penulis :
- Aditya Yohan