
Pantau - Pemerintah China menyatakan kesiapan untuk membuka ruang yang luas bagi reunifikasi secara damai dengan Taiwan, namun tetap tidak menutup kemungkinan penggunaan kekuatan militer jika diperlukan.
Pernyataan ini disampaikan pada Rabu oleh Zhu Fenglian, Juru Bicara Kantor Urusan Taiwan Dewan Negara China.
Zhu menyampaikan harapan agar mayoritas rakyat Taiwan dapat bersatu dengan daratan China dalam menolak kepemimpinan Partai Progresif Demokratik (DPP), yang saat ini berkuasa di Taiwan.
Meski mengedepankan jalan damai, Zhu menegaskan bahwa Beijing tidak akan pernah melepaskan opsi penggunaan kekuatan dan akan mempertahankan semua langkah yang dianggap perlu demi kepentingan nasional.
Ketegangan Meningkat: Isu Sejarah, Anggaran Pertahanan, dan Latihan Militer
Zhu juga menyinggung sikap DPP yang dianggap menyangkal kontribusi Partai Komunis China dalam Perang Perlawanan melawan Jepang.
Ia menyebut penyangkalan itu sebagai "penghinaan berat terhadap semua pahlawan yang gugur dan pengkhianatan tanpa malu terhadap seluruh bangsa China."
Selain itu, rencana Taiwan untuk meningkatkan anggaran pertahanan pada tahun mendatang turut dikritik keras oleh Beijing.
Menurut Zhu, langkah tersebut "menyeret rakyat Taiwan ke dalam kereta perang pemisahan diri, yang menimbulkan ancaman terbesar terhadap keselamatan dan kepentingan mereka."
China juga mengeluarkan peringatan tegas terhadap segala bentuk kerja sama militer antara Taiwan dan Amerika Serikat.
"Kami dengan tegas menentang segala bentuk kontak militer antara AS dan wilayah Taiwan China," ungkap Zhu.
Pernyataan ini merupakan tanggapan atas partisipasi lebih dari 500 personel militer Taiwan dalam latihan militer Northern Strike yang diselenggarakan oleh Amerika Serikat tahun ini.
- Penulis :
- Aditya Yohan
- Editor :
- Tria Dianti