
Pantau - Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Jumat (3 Oktober 2025) memberikan ultimatum kepada kelompok Hamas agar menerima rencana perdamaian 20 poin terkait konflik di Jalur Gaza paling lambat Senin (6 Oktober) pukul 05.00 WIB.
Trump memperingatkan bahwa jika Hamas menolak usulan tersebut, maka akan terjadi "segala neraka, yang belum pernah dilihat oleh siapa pun sebelumnya, akan melanda Hamas", ungkapnya dalam unggahan di platform Truth Social.
Trump menyebut bahwa Hamas diberikan "satu kesempatan terakhir" untuk menerima rencana damai tersebut demi mengakhiri konflik yang berkepanjangan di Gaza.
Menurut Trump, negara-negara di kawasan Timur Tengah dan sekitarnya telah menyetujui kesepakatan perdamaian tersebut, bersama dengan Amerika Serikat dan penandatanganan oleh pihak Israel.
Trump juga menyerukan kepada warga Palestina agar segera meninggalkan daerah-daerah berbahaya dan berpindah ke wilayah Gaza yang dianggap lebih aman.
"Semua orang akan dirawat dengan baik oleh mereka yang sedang menunggu untuk membantu", ujarnya.
Isi Rencana Damai 20 Poin
Usulan rencana damai 20 poin diumumkan oleh pemerintahan Trump pada Senin (29 September 2025) setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di Gedung Putih.
Beberapa poin utama dari rencana tersebut antara lain adalah kesepakatan gencatan senjata sebagai imbalan atas pemulangan sandera, penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Gaza, dan demiliterisasi wilayah tersebut.
Pengawasan internasional akan dilibatkan untuk mengelola rekonstruksi dan pemerintahan Gaza pascakonflik, dengan catatan bahwa Hamas tidak akan dilibatkan dalam struktur pemerintahan baru.
Israel akan menghentikan operasi militer dan menarik pasukan dari Gaza setelah Hamas menyatakan penerimaan resmi terhadap rencana tersebut.
Dalam waktu 72 jam setelah penerimaan resmi, Hamas diwajibkan memulangkan seluruh sandera yang ditahan.
Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan 250 tahanan yang dijatuhi hukuman seumur hidup serta 1.700 warga Gaza yang ditahan sejak 7 Oktober 2023.
Anggota Hamas yang telah melucuti senjatanya dan bersedia hidup damai akan mendapatkan amnesti, sementara mereka yang ingin meninggalkan Gaza akan diizinkan pergi dengan aman ke negara penerima.
Dukungan Israel dan Peringatan Keras
Dalam konferensi pers bersama dengan Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan dukungan penuh terhadap rencana tersebut.
Netanyahu menyatakan bahwa rencana ini memenuhi tujuan utama Israel, yakni pemulangan para sandera, pelucutan kemampuan militer Hamas, penghapusan kehadiran politik Hamas, serta jaminan demiliterisasi penuh Gaza.
Netanyahu juga memberikan peringatan keras bahwa jika Hamas menolak kesepakatan ini, maka Israel akan "menuntaskan tugas ini sendiri", tegasnya.
Trump pun menyatakan bahwa Amerika Serikat akan memberikan "dukungan penuh" kepada Israel apabila skenario tersebut terjadi.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf