Tampilan mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

UNICEF: Setiap 17 Menit Satu Anak Tewas atau Terluka di Gaza dalam Dua Tahun Terakhir

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

UNICEF: Setiap 17 Menit Satu Anak Tewas atau Terluka di Gaza dalam Dua Tahun Terakhir
Foto: (Sumber: Anak-anak yang terluka dirawat di rumah sakit setelah serangan udara Israel di Kota Gaza, 15 Januari 2025. ANTARA/Xinhua/Abdul Rahman Salama.)

Pantau - Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) melaporkan bahwa sekitar 61.000 anak di Jalur Gaza tewas atau cacat akibat konflik Israel-Palestina selama dua tahun terakhir.

Data ini diungkapkan dalam konferensi pers yang digelar di Jenewa, Swiss, pada Selasa, 7 Oktober 2025.

Juru Bicara UNICEF, Ricardo Pires, menyampaikan bahwa rata-rata satu anak tewas atau terluka setiap 17 menit.

Ia menyebut angka tersebut sebagai sesuatu yang "tidak bisa diterima" dan "mencengangkan".

Anak-anak Gaza Hadapi Trauma Fisik dan Mental

Menurut Pires, anak-anak di Gaza telah "menderita dalam tubuh dan pikiran mereka untuk waktu yang terlalu lama", mengalami trauma mendalam, dan "dihadapkan pada kengerian yang seharusnya tidak pernah dilihat atau dijalani oleh seorang anak".

Situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk, terutama bagi bayi dan anak-anak yang rentan.

Satu dari setiap lima anak di Gaza dilaporkan lahir secara prematur.

Namun, wilayah tersebut tidak memiliki infrastruktur medis yang memadai untuk mendukung kelangsungan hidup bayi-bayi prematur.

UNICEF melaporkan bahwa dalam kondisi darurat, beberapa bayi prematur bahkan harus berbagi masker oksigen agar tetap hidup.

Keterbatasan Bantuan dan Akses Medis

UNICEF juga menyampaikan bahwa tim mereka masih menunggu izin untuk membawa inkubator dan ventilator ke fasilitas yang menampung bayi-bayi prematur yang telah dievakuasi dari bagian utara Jalur Gaza.

" Kami berhasil memindahkan bayi-bayi tersebut ke fasilitas lain ketika rumah sakit tempat mereka dirawat harus dievakuasi, tetapi kami belum berhasil memindahkan inkubator... sejauh ini ditolak," ungkap Pires.

Laporan ini bersumber dari kantor berita Xinhua.

Penulis :
Aditya Yohan