billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Perundingan Gencatan Senjata Hamas-Israel di Mesir Masih Alami Jalan Sulit Meski Ada Terobosan Rencana Perdamaian Trump

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Perundingan Gencatan Senjata Hamas-Israel di Mesir Masih Alami Jalan Sulit Meski Ada Terobosan Rencana Perdamaian Trump
Foto: (Sumber: Perundingan tak langsung mengenai gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang sedang berlangsung di kota resor Sharm el-Sheikh di Mesir masih "sulit dan kompleks"..)

Pantau - Perundingan tidak langsung antara Hamas dan Israel terkait gencatan senjata di Gaza tengah berlangsung di Sharm el-Sheikh, Mesir, dengan mediasi Mesir dan dukungan Amerika Serikat serta Qatar.

Meski prosesnya disebut sebagai "sulit dan kompleks" oleh sejumlah sumber Palestina, pembahasan telah berfokus pada pembentukan mekanisme teknis untuk memulai fase pertama dari rencana perdamaian 20 poin yang diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump dan telah diterima oleh pihak Israel.

Fokus Perundingan: Sandera, Tahanan, dan Penarikan Pasukan

Dalam rencana yang diumumkan Trump pada 29 September, poin-poin utama mencakup gencatan senjata bertahap, pembebasan sandera Israel, pelucutan senjata Hamas, serta penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza.

Berdasarkan rencana itu, Hamas diminta untuk membebaskan semua sandera dalam waktu 72 jam setelah kedua pihak menyetujui proposal perdamaian.

Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan ratusan tahanan Palestina dan menghentikan operasi militer aktif di wilayah Gaza.

Hamas pada Jumat (3/10) menyatakan kesiapannya membebaskan para sandera Israel sesuai dengan rencana tersebut.

"kami akan mencapai kesepakatan di Gaza. Saya hampir yakin soal itu", ujar Trump menyambut baik pernyataan Hamas tersebut, sembari mendesak Israel untuk segera menghentikan serangan udara.

Namun, Hamas belum memberi tanggapan terhadap syarat-syarat penting dari pihak Israel, terutama terkait pelucutan senjata dan masa depan pemerintahan Gaza.

Tim teknis dari kedua pihak saat ini sedang menelaah peta wilayah yang diajukan Israel untuk penarikan pasukan, serta menyusun daftar tahanan Palestina yang akan dibebaskan.

Hamas juga mengusulkan mekanisme teknis untuk proses penyerahan sandera, termasuk jenazah mereka yang telah meninggal dunia.

Kelompok itu menyoroti kendala logistik dan keamanan karena masih adanya kehadiran militer Israel di beberapa wilayah Gaza.

Peran AS dan Qatar, serta Situasi Terbaru di Lapangan

Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, dan penasihat senior sekaligus menantu Trump, Jared Kushner, dijadwalkan bergabung dalam perundingan pada Rabu (8/10).

Menteri Urusan Strategis Israel, Ron Dermer, juga diperkirakan akan hadir guna merampungkan kesepakatan yang mungkin tercapai dalam waktu dekat.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan bahwa "perundingan di Mesir sedang berlangsung dan masih terlalu dini untuk mengutarakan hasilnya".

Ia menambahkan bahwa rencana perdamaian 20 poin dari Trump "memuat banyak detail yang kompleks", serta menyatakan bahwa "tantangan utama saat ini adalah implementasi, bukan konsensus".

Qatar juga menuding Israel memperpanjang kekerasan melalui serangan udara, yang meski dilaporkan mulai berkurang sejak fajar Selasa, belum benar-benar dihentikan.

Trump menyampaikan keyakinannya pada Senin (6/10) bahwa "keadaan berjalan dengan sangat baik" dan Hamas telah menyetujui "hal-hal yang sangat penting".

Sementara itu, di lapangan, situasi kemanusiaan masih mengkhawatirkan.

Pejabat medis Palestina melaporkan bahwa rumah sakit di Gaza menerima 10 jenazah pada Selasa pagi, termasuk enam dari Gaza City akibat serangan semalam.

Perang antara Hamas dan Israel meletus pada 7 Oktober 2023, setelah Hamas melancarkan serangan mendadak ke permukiman dan situs militer Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang.

Israel membalas dengan serangan militer besar-besaran ke Jalur Gaza, yang hingga kini telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 169.000 lainnya, menurut otoritas kesehatan Gaza.

Penulis :
Aditya Yohan