
Pantau - Otoritas Penerbangan Sipil Sudan pada Senin, 20 Oktober 2025, mengumumkan bahwa Bandara Internasional Khartoum akan kembali beroperasi untuk penerbangan domestik mulai Rabu, 22 Oktober 2025, setelah ditutup selama lebih dari dua setengah tahun akibat konflik bersenjata yang melanda negara tersebut.
Penerbangan Domestik Kembali Beroperasi Secara Bertahap
“Badan Penerbangan Sipil mengeluarkan pemberitahuan tentang dimulainya kembali penerbangan domestik di Bandara Internasional Khartoum mulai Rabu, 22 Oktober, sesuai dengan prosedur operasional yang telah disetujui,” demikian pernyataan resmi otoritas penerbangan yang dikutip dari kantor berita Anadolu.
Keputusan tersebut menegaskan bahwa bandara telah siap menerima penerbangan secara bertahap setelah seluruh persiapan teknis dan operasional diselesaikan.
Langkah ini menjadi tonggak penting karena untuk pertama kalinya Bandara Internasional Khartoum kembali beroperasi sejak ditutup 30 bulan lalu, menyusul pecahnya konflik antara militer Sudan dan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF).
Konflik Berdarah dan Dampak Kemanusiaan
Sejak April 2023, bentrokan antara tentara Sudan dan RSF telah menewaskan lebih dari 20.000 orang serta menyebabkan sekitar 14 juta penduduk mengungsi, menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan otoritas lokal.
Namun, penelitian dari sejumlah universitas di Amerika Serikat memperkirakan bahwa jumlah korban tewas sebenarnya mencapai sekitar 130.000 orang.
Pada 27 Maret 2025, militer Sudan mengumumkan keberhasilannya merebut kembali seluruh wilayah pertahanan terakhir RSF di Provinsi Khartoum, termasuk bandara, fasilitas keamanan dan militer, serta sejumlah kawasan strategis di timur dan selatan ibu kota.
Keberhasilan tersebut menjadi momen pertama bagi militer Sudan menguasai penuh wilayah strategis Khartoum sejak pecahnya konflik pada April 2023.
Selain dampak konflik bersenjata, Sudan kini juga menghadapi krisis kemanusiaan lain berupa merebaknya wabah kolera serta meningkatnya angka kelaparan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa sekitar 25 juta penduduk Sudan kini menderita kelaparan, sementara sistem kesehatan negara itu sebagian besar hancur akibat perang yang berkepanjangan.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf