billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Presiden Korea Selatan dan China Bertemu di KTT APEC, Bahas Denuklirisasi dan Ketegangan Regional

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Presiden Korea Selatan dan China Bertemu di KTT APEC, Bahas Denuklirisasi dan Ketegangan Regional
Foto: (Sumber: Arsip foto - Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung. ANTARA/Anadolu/py/pri..)

Pantau - Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung dan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan menggelar pertemuan bilateral pada Sabtu, 1 November 2025, di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC di Gyeongju, Korea Selatan.

Pertemuan ini menjadi kunjungan pertama Presiden Xi ke Korea Selatan dalam 11 tahun terakhir dan dipandang sebagai langkah strategis dalam memperkuat diplomasi regional.

Pertemuan kedua pemimpin akan difokuskan pada isu denuklirisasi Semenanjung Korea, perdamaian kawasan, serta dinamika ekonomi yang mempengaruhi kehidupan masyarakat di kedua negara.

Juru bicara Kepresidenan Korea Selatan, Kang Yu-jung, menyatakan bahwa pembicaraan Lee dan Xi akan menyentuh "pelucutan senjata nuklir di Semenanjung Korea, perdamaian dan stabilitas kawasan, serta isu-isu ekonomi yang berdampak pada kehidupan masyarakat," ungkapnya.

Korea Selatan Jaga Keseimbangan Diplomatik antara China dan Amerika Serikat

Pertemuan ini berlangsung di tengah situasi sensitif, di mana Korea Selatan berusaha menjaga keseimbangan antara memperkuat hubungan dengan China sebagai mitra dagang terbesar, dan tetap sejalan dengan Amerika Serikat sebagai sekutu utama.

China, selain merupakan mitra ekonomi penting bagi Korea Selatan, juga dikenal sebagai sekutu lama Korea Utara, menjadikan posisinya sangat penting dalam isu keamanan regional.

Presiden Lee menekankan pentingnya membangun hubungan yang “lebih seimbang dan berorientasi masa depan” dengan China, melalui kebijakan luar negeri yang disebutnya sebagai "diplomasi pragmatis."

Lee juga menegaskan bahwa China memiliki peran penting dalam mendukung perdamaian dan stabilitas di kawasan.

Ia diperkirakan akan meminta agar China mengambil peran konstruktif dalam mendorong pembicaraan damai dan denuklirisasi di Semenanjung Korea.

Langkah ini sejalan dengan komitmen Korea Selatan untuk meredakan ketegangan dengan Korea Utara dan menghidupkan kembali proses dialog yang terhenti sejak 2019.

Namun hingga saat ini, Korea Utara tetap menolak tawaran dialog dari Presiden Lee.

Sikap serupa juga ditunjukkan terhadap ajakan Presiden AS Donald Trump untuk bertemu dengan Kim Jong-un saat kunjungannya ke Korea Selatan.

Ketegangan Meningkat akibat Sanksi China terhadap Perusahaan AS

Pertemuan ini juga terjadi setelah meningkatnya ketegangan regional akibat langkah China yang pada bulan sebelumnya menjatuhkan sanksi terhadap lima anak perusahaan Amerika Serikat milik Hanwha Ocean.

China menuduh perusahaan-perusahaan tersebut bekerja sama dengan pemerintah AS dalam penyelidikan terhadap industri maritim dan galangan kapal China.

Langkah balasan China ini menimbulkan kekhawatiran di Korea Selatan, mengingat perusahaan-perusahaan tersebut memiliki peran penting dalam perjanjian kerja sama maritim antara Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Perusahaan yang terkena sanksi dianggap membantu AS dalam membangun kembali sektor galangan kapal berdasarkan kesepakatan dagang bilateral.

Didahului Pertemuan Lee dan Trump, Sepakati Tarif dan Proyek Kapal Selam Nuklir

Sebelum bertemu Xi Jinping, Presiden Lee lebih dulu melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden AS Donald Trump pada Rabu, 30 Oktober 2025.

Dalam pertemuan tersebut, kedua pemimpin menyepakati pengurangan tarif Amerika Serikat terhadap sejumlah komoditas Korea Selatan.

Selain itu, disetujui pula penggunaan bahan bakar nuklir untuk proyek kapal selam bertenaga nuklir Korea Selatan, yang menjadi bagian dari penguatan kerja sama pertahanan kedua negara.

Penulis :
Ahmad Yusuf