
Pantau - Setahun setelah dimulainya konflik yang mengakibatkan hampir 42 ribu warga Palestina tewas, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa Israel akan menghadapi konsekuensi atas apa yang ia sebut sebagai genosida di Gaza. Serangan besar-besaran oleh Israel diklaim sebagai respons terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menjadikan ratusan lainnya sebagai sandera.
Erdogan, dalam pernyataannya pada 7 Oktober, menulis di media sosial bahwa Israel "cepat atau lambat" akan membayar harga untuk kejahatan ini. Dalam pandangannya, tindakan Israel telah melanggar hak asasi manusia dan mengabaikan moralitas internasional. Ia menyamakan tindakan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dengan Adolf Hitler, menyatakan bahwa dunia tidak akan menemukan kedamaian selama kejahatan ini dibiarkan tanpa hukuman.
Baca Juga:
Jalankan Operasi di Beirut, Israel Klaim Tewaskan Kepala Logistik Hizbullah
Dalam pernyataan lain, Erdogan mencatat bahwa lebih dari separuh korban tewas di Gaza adalah anak-anak, menggarisbawahi dampak tragedi kemanusiaan yang sedang berlangsung. Dia mengkritik respons internasional yang dianggapnya lambat dalam menanggapi konflik ini, menyerukan agar pendudukan Israel di tanah Palestina diakhiri.
Khaled Meshaal Berkomitmen untuk Melanjutkan Perjuangan
Di sisi lain, Khaled Meshaal, pemimpin Hamas yang tinggal di pengasingan, menegaskan bahwa kelompoknya akan terus berjuang meskipun mengalami kerugian besar. Ia berjanji untuk merekrut lebih banyak pejuang dan memproduksi senjata, menyatakan keyakinannya bahwa Hamas akan bangkit "seperti burung phoenix" dari kesulitan yang dihadapi. Meshaal juga menjelaskan bahwa konflik ini merupakan bagian dari sejarah panjang perjuangan Palestina yang telah berlangsung selama 76 tahun.
Keduanya, Erdogan dan Meshaal, menekankan perlunya komitmen global untuk memperhatikan krisis kemanusiaan di Gaza dan untuk mengakhiri apa yang mereka sebut sebagai kebijakan genosida oleh Israel.
- Penulis :
- Ahmad Ryansyah